Mohon tunggu...
Bangun Sayekti
Bangun Sayekti Mohon Tunggu... Apoteker - Pensiunan Pegawai Negeri Sipil

Lahir di Metro Lampung. Pendidikan terakhir, lulus Sarjana dan Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Tidak Sendirian 1

13 April 2021   12:13 Diperbarui: 13 April 2021   12:18 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tampak mata manusia memang sendirian karena wadag, atau jazad manusia bersifat nyata. Lalu apakah ada yang menyertai, atau ada yang selalu bersama dengan setiap diri manusia? Memang ada yang selalu bersama dengan setiap diri manusia, namun tidak dapat dilihat dengan mata karena bersifat gaib. Mengapa manusia selalu disertainya? Itu menunjukkan tanggung jawab Allah yang telah menciptakan manusia, menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Sebagai khalifah-Nya, sudah barang tentu dibekali juga dengan sifat -- sifat ke Illahian layaknya sifat -- sifat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Suci. Konsekuensinya Allah Swt. tetap bertanggung jawab untuk menjaga, dan memelihara kesucian diri manusia.

Manusia ketempatan hawa nafsu, dan kita tahu bahwa hawa nafsu selalu mendorong manusia ke arah perbuatan yang menyesatkan dari jalan Allah, kecuali nafsu yang dirahmati Allah. Oleh karena itu Allah selalu memelihara sifat -- sifat kesucian agar tidak tercemar oleh hawa nafsu yang berkiprah atas kendali iblis, setan, dan sebangsanya. Karena dengan terpeliharanya sifat -- sifat kesucian tersebut, mudah -- mudahan sang khalifah dapat melaksanakan segala perintah, dan petunjuk Allah dengan baik, dan benar.   

Surat Huud ayat 57. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu.

Atas dasar uraian tersebut hendaklah kita meyakini bahwa setiap diri manusia pada umumnya, dan diri kita pada khususnya ada yang menjaga walaupun kita tidak dapat melihatnya. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an surat Ath Thaariq ayat 4. tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya.

Oleh karena itu mari kita sebagai muslim yang memposisikan Al Qur'an sebagai pedoman hidup, hendaklah Al Qur'an dikaji dengan bahasanya sendiri ( bahasa Indonesia ), atau dengan bahasa yang dimengerti dari ayat pertama surat pertama, sampai dengan ayat terakhir dari surat terakhir, dan berulang - ulang agar dapat memahami makna batiniyah, atau makna yang tersirat dalam setiap ayat Al Qur'an. Sehingga muara akhirnya kita akan dapat mengamalkan, atau melaksanakan segala perintah dan petunjuk Allah tersebut dengan baik, dan benar.

Mengapa kita harus mengaji Al Qur'an dengan bahasanya sendiri ( bahasa Indonesia ) atau bahasa yang dimengerti? Supaya kita dapat mengetahui setiap perintah, dan petunjuk Allah dengan baik kemudian dikaji makna batiniyah yang terkandung didalamnya agar kita dapat melaksanakan dengan baik, dan benar. Mengapa pula kita harus mengaji Al Qur'an berulang - ulang, dan harus dikaji dari ayat pertama surat pertama, sampai dengan ayat terakhir dari surat terakhir.

Karena Al Qur'an itu unik, dimana letak keunikannya? Keunikannya, karena ayat - ayat Al Qur'an saling menjelaskan, saling melengkapi, saling membenarkan, saling berkaitan, saling menguatkan, dan bisa saja ayat -- ayat tersebut terdapat dalam satu surat yang sama, tetapi dapat juga terdapat dalam surat yang lainnya. Oleh karena itu penyampai risalah hendaklah menghindarkan agar tidak menyampaikan kepada pihak lain, mana kala baru menemukan satu butir kajian hanya dari satu ayat saja, karena akan dapat menyesatkan.

Mari kita ngaji bersama, melalui roso pangroso. Misal seseorang membaca Al Qur'an surat An Naaziaat ayat 1. Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan surat An Naaziaat ayat 2. dan (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa Allah menciptakan semesta alam seisinya dalam keadaan berpasangan? Contohnya dapat dijumpai dalam surat Naazi'aat ayat 1, dan ayat 2 tersebut yang menyatakan bahwa malaikat dalam melaksanakan tugas mencabut nyawa seseorang dilakukan dengan sangat keras, dan dilakukan dengan lemah -- lembut. 

Setelah membaca kedua ayat dari surat An Naazi'aat tersebut, lalu apa yang harus dipikirkan si pembaca selanjutnya? Apakah hanya dengan telah membaca petunjuk Allah dalam bahasa Arab, kemudian membaca terjemahnya dalam bahasa Indonesia lalu berpikir mendapat pahala, dan masuk ke surga? Tidak! Mengapa tidak? Karena baru sebatas membaca perintah, dan petunjuk Allah dalam 2 bahasa, belum melaksanakan perintah dan petunjuk Allah. Mestinya malulah melaksanakan perintah, dan petunjuk-Nya saja belum, sudah minta imbalan pahala, atau hadiah, atau ganjaran, atau gift berupa surga.

Setelah orang membaca surat Naazi'aat tersebut, dan mengetahui bahwa malaikat dalam melaksanakan tugasnya mencabut nyawa dilakukan dengan kasar, dan dapat dilakukan dengan lemah -- lembut; Mestinya si pembaca terus berpikir, bagaimana caranya agar kelak tiba saat Allah mewafatkan dilakukan oleh malaikat yang melaksanakan tugasnya dengan lemah -- lembut.

Setelah dalam benak tersaji agar dapat dilakukan oleh malaikat yang lemah -- lembut, kita coba kaitkan dengan surat Ath Thaariq ayat 4 yang menyatakan tidak ada suatu jiwapun (diri) melainkan ada penjaganya. Dari sini lalu berpikir lagi, siapa sesungguhnya yang menjaga setiap diri yang berjiwa itu? Kita mengetahui bahwa diri manusia ini adalah merupakan makhluk yang berjiwa, oleh karena itu hendaklah kita meyakini bahwa setiap diri manusia pasti ada penjaganya sejak manusia dilahirkan diatas dunia. Namun kenyataannya setiap manusia hanya kelihatan sendirian sejak dilahirkan, disinilah pendadaran bagi manusia untuk mengetahui siapa diri sejatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun