Mohon tunggu...
Nirwan Suparwan
Nirwan Suparwan Mohon Tunggu... -

lahir di Kepulauan Selayar, sementara menempuh pendidikan D4 akuntansi sejak tahun 2010 hingga 2014 insyaallah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ayah, Biarkan Aku Bicara

17 November 2015   11:19 Diperbarui: 17 November 2015   13:24 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Tidak yah, aku nyesal. Maafin aku yah.” Wan berjalan mengikuti langkah ayahnya keluar konter. Tapi, semangatnya untuk mengajak ayahnya nonton bareng film kesukaannya tidak pupus juga. “Ayah, bisakah sekali lagi Wan minta sesuatu? Ayolah kita nonton yah, ini terakhir kalinya Wan minta sama ayah.”

“Besok saja Wan, ayah benar-benar capek dan masih ada kerjaan yang ayah belu beres. Kamu taukan ayah sibuk.”

Mendengar jawaban itu, wan hanya tertunduk diam. Dirinya sudah sangat mengenal siapa ayahnya. Sudah tentu jawaban ayahnya hanya omong kosong belaka yang tak mungkin ditepatinya. Tapi wan ternyata ingin mematahkan alasan ayahnya soal kesibukan dalam alasannya.

“Ayah, besok kan hari senin, pasti ayah telat pulang dari kantor.”

“Jangan kamu sok tahu urusan ayah, lebih baik diam dan tolong panggil mama pulang, ayah mau bayar makananya dulu.”

 

*****Wan menuju meja dimana mama dan adiknya duduk*****

“Dari mana Wan??? Mama khawatir terjadi apa-apa nak.”

“Dari liat-liat daftar film yang tayang di bioskop, ma. Ma, ayah bilang  besok kita mau pergi nonton bareng film kesukaannya Aku (wan).”

“Benarkah??? Baguslah kalau begitu. Kebetulan besok mama besok cuti. Soalnya ada arisan dengan teman-teman mama. Pokonya besoklah mama kasi jawaban yah. Mari,,,,!!! Ayo pulang.”

Mereka sekeluarga segera menuju tempat parkir dimana mobil di parkir. Wan duduk di jok depan samping kemudi ayahnya, sementara mama dan adeknya Boby duduk di job tengah. Hanya sesekali permbicaraan terjadi. Si Boby yang conor sering membuat mama tertawa. Tapi, raut wajah Wan seakan tak ada reaksi sama sekali dari candaan adiknya yang sejak mobil itu melaju di jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun