Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Sifat Pemaaf Rasulullah SAW yang Tiada Duanya

5 Juni 2019   22:21 Diperbarui: 5 Juni 2019   22:45 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olah pribadi dari berbagai sumber

Allahu Akbar - Allahu Akbar - Allahu Akbar
Laa Ilaaha illallaahu wallahu Akbar - Allahu Akbar walillaahilhamdu

Takbir berkumandang sahut-sahutan, dari corong masjid yang satu ke corong masjid yang lainnya. Dari sejak maghrib kemarin hingga menjelang dilaksanakannya shalat Ied. 

Umat Muslimin secara serentak, dan khususnya di Indonesia, merayakan hari besarnya pada hari ini. Lebaran bergema ke seantero penjuru nusantara. Menyuarakan kemenangan bagi yang berhasil menjalankan ibadah puasa dengan baik.

Idul Fitri adalah simbol bahwa manusia itu pada hakikatnya telah kembali menjadi fitrah. Fitrah laksana bayi yang baru lahir, tidak berdosa dan masih suci. Fitrah bahwa setelah ada perjanjian di alam ruh, setiap manusia yang akan dilahirkan sudah berjanji bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang patut disembah. 

Fitrah bahwa mereka mengakui ketauhidan dan akan menuruti semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.


Namun demikian hubungan antara manusia tidak bisa dijembatani oleh Sang Maha. Jika ada kesalahan, maka manusialah yang harus mengurusnya sampai selesai. 

Oleh karena itulah makna lebaran atau Idul Fitri adalah saling memaafkan satu sama lain. Seberat apapun kesalahan, maafkan. Sedalam apapun kezaliman yang pernah diterima, maafkan. Manusia adalah tempatnya khilaf.

Alkisah, pada zaman tahun hijriyah baru saja berkembang, ada seorang Yahudi yang hidup sebatang kara. Usianya boleh dibilang mulai senja, dengan kondisi fisik cacat karena matanya yang sudah tidak bisa melihat lagi. 

Oleh masyarakat sekitarnya, ia dianggap gila karena sering berteriak, "Muhammad gila! Muhammad gila!" Tabiatnya yang kurang baik itu kemudian didengar oleh Rasulullah saw.

Beliau adalah manusia teladan yang tiada duanya. Sifat sabar dan pemaafnya tidak perlu diragukan kembali. Pada suatu hari, Rasulullah saw. datang ke rumah Yahudi tersebut dan kemudian mengetuk pintu. 

"Assalamu'alaikum," sapanya dengan lembut. Dari dalam rumah, terdengar teriakan, "Muhammad gila! Muhammad gila!" Beliau tidak terkejut dan malah tersenyum.

Pintu terbuka, dan Rasulullah saw. pun bertanya, "Bapak sudah makan?" Orang Yahudi itu kaget dengan pertanyaan itu dan ia akhirnya menggelengkan kepala. "Kalau begitu, ini saya bawakan makanan," ujar Rasulullah saw. kemudian. 

Beliau tahu bahwa orang Yahudi itu telah hilang beberapa giginya, sehingga makanan yang ia bawa dikunyah terlebih dahulu.

Setelah benar-benar lembut, baru disuapkannya pada mulut orang Yahudi tersebut. "Saya suapkan pelan-pelan saja, ya," Rasulullah saw. menyuapkan sampai habis padanya. 

Orang Yahudi itu tidak kuasa menolak karena ia memang lapar, dan cara menyuapkan Rasulullah saw. begitu lembut dan menenangkan. Dengan lahap dan suka cita, orang Yahudi itu makan dengan nikmatnya.

Keesokannya harinya Rasulullah saw. pun datang lagi dan menyuapi orang Yahudi itu meski terus saja beliau diteriaki, "Muhammad gila! Muhammad gila!" Dan orang Yahudi itu sendiri tidak mengetahui kalau yang menyuapinya adalah orang yang disumpah-serapahi. 

Terus begitu hingga hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Hingga kemudian, ajal Rasulullah saw. sudah mendekat.

Rasulullah saw. lalu berwasiat pada Umar bin Khattab agar dia meneruskan menyuapi orang Yahudi itu sepeninggalnya. Umar pun menyanggupinya. Kisah tentang kebaikan Umar bin Khattab juga pernah ditulis oleh sosok itu dalam artikel Khalifah Umar dalam Menyikapi Keberagaman. Setelah Rasulullah saw. wafat, Umar meneruskan wasiat beliau.

Pada hari pertama, Umar datang ke rumah orang Yahudi yang buta lalu mengucapkan salam. Dari balik pintu terdengar teriakan, "Muhammad gila! Muhammad gila!". 

Umar terkejut. Pintu terbuka dan Umar mengakui bahwa kesabaran Rasulullah saw. memang tiada duanya. Ia pun segera menyuapi orang Yahudi itu. Namun, orang Yahudi itu menolaknya dan mengatakan, "Kamu terlalu kasar!"

"Kamu pasti bukan orang yang biasa menyuapiku? Makanannya begitu lembut dan cara menyuapiku juga penuh kesopanan. Siapakah kamu dan mana orang yang biasa datang ke rumahku?" Umar menangis mendengar betapa lembutnya Rasulullah saw. mengurusi orang Yahudi itu sementara ia sendiri mencaci-maki beliau. Umar pun berkata, "Tahukah kamu siapa yang menyuapimu setiap hari?"

"Ketahuilah hai, orang Yahudi. Aku adalah Umar bin Khattab. Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Nabi Muhammad saw. yang sering kamu caci-maki. Beliau sudah wafat dan mewasiatkan kepadaku agar menyuapimu sepeninggalnya." 

Tiba-tiba saja orang Yahudi itu pun terkejut dan jatuh pingsan. Setelah sadar, ia meminta Umar menjadi saksi bahwa ia dengan sadar masuk ke dalam Islam.

Subhanallahu wallahu akbar! Belajar dari kisah di atas, sudah seharusnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam bisa mengikut keteladanannya. Menjadi orang yang pemaaf terhadap sesama. 

Rasulullah saw. mau memafkan orang yang mencaci dirinya, berbuat baik padanya, meski berbeda keyakinan. Beliau juga pernah memaafkan penduduk Thaif yang pernah mencemooh dan melemparnya dengan batu.

Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji. Sifat terpuji ini Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Bagi sebagian orang ada semacam ego atau gengsi untuk mengatakan, "Aku minta maaf." 

Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan. Ia malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.

Rasulullah saw. bersabda dalam hadits Ibnu Abbas, "Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, 'Di manakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!' 

Dan wajib bagi setiap Muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam surga-Nya." Sungguh ini adalah penghargaan yang begitu luar biasa.

Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah. Meski seseorang bisa membalasnya, tetapi jika ia mampu memberi maaf maka ia akan mendapatkan kemuliaan. 

"Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya." (HR. Thabrani)[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun