Mohon tunggu...
Bang Aswi
Bang Aswi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Bandung | Kompasianer Bandung

Seorang penggila olahraga, tukang ulin, dan desainer yang menggemari dunia kepenulisan. Aktif sebagai pengurus #BloggerBDG dan konsultan marketing digital | Kontak: bangaswi@yahoo.com | T/IG: @bangaswi ... ^_^

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Khalifah Umar Menyikapi Keberagaman dengan Baik

30 Mei 2019   23:25 Diperbarui: 30 Mei 2019   23:44 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umar bin Khattab tidak lagi memasang wajah kasarnya. Auranya malah lebih memancarkan ketenangan saat ia dan pasukannya berbaris rapi memasuki kota Yerusalem. Pada saat itu tahun ke-16 Hijriyah dan kaum Muslimin berhasil memenangkan pertempuran. Warga Aelia yang mayoritas beragama Kristen Ortodoks mengibarkan bendera putih dengan cara santun, dan Umar juga menerimanya dengan santun.

Pembunuhan hanya terjadi dalam peperangan yang adil. Laki-laki dewasa dengan laki-laki dewasa. Tidak ada anak-anak maupun wanita yang menjadi korban jiwa. Kota Yerusalem juga tunduk tanpa mengalami kehancuran yang berarti. Sebagai seorang khalifah, Umar benar-benar menjalankan pemerintahannya dengan sangat adil dan bijaksana. Di dalam kota, Patriarch Sophronious telah menunggunya.

Patriarch adalah pemuka agama Kristen Ortodoks Yerusalem yang begitu disegani. Pada saat Umar telah tiba dan turun dari kudanya, ia pun segera memberikan kunci kota secara ikhlas dan tanpa paksaan. Umar menerima kunci tersebut dengan rasa hormat yang begitu tinggi. Sebagai balasannya, Umar pun menawarkan perjanjian damai. Patriarch langsung menyanggupinya.

Bertempat di Gereja Qiyamah, lahirlah Deklarasi al-'Uhda al-'Umariyyah yang disepakati oleh Khalifah Umar bin Khattab dan Patriarch Sophronious. Deklarasi ini berisikan jaminan keamanan Khalifah atas warga Aelia. Umar juga telah memerintahkan pasukannya untuk menghormati hak-hak setiap warga sipil yang mereka jumpai di sana. Jaminan yang benar-benar dijalankan sampai akhir hayatnya.

Usai perjanjian tersebut disepakati, waktu shalat datang. Umar lantas bertanya kepada Patriarch di mana ia bisa menunaikan shalat. Patriarch mempersilakan Umar untuk shalat di dalam gereja. Umar menolak dengan santun. Ia kemudian keluar dari Gereja Qiyamah dan dan menuruni anak tangga. Sampai di anak tangga terakhir, Umar pun shalat di sana.

Patriarch awalnya merasa kecewa karena Umar tidak mau shalat di dalam gereja. Ia pun segera menanyakan atas rasa penasaran tersebut kepada sang khalifah. Umar lalu menjelaskan, "Jika aku shalat di dalam gereja, aku khawatir kalau umat Muslimin mengambil kesimpulan bahwa Gereja Qiyamah boleh ditaklukkan, dan kemudian akan diubah menjadi masjid."

Patriarch begitu senang dengan alasan sang khalifah itu. Sebagai bentuk penghormatan, di titik anak tangga tempat Umar mendirikan shalat kemudian dibangun sebuah masjid kecil. Umar tidak menolaknya, dan kemudian memberikan perintah agar azan tidak dikumandangkan di dalam masjid kecil tersebut. Alasannya adalah agar tidak mengganggu aktivitas umat Kristen Ortodoks di Gereja Qiyamah.

MENYIKAPI KEBERAGAMAN TENTU AKAN MENYEMARAKKAN RAMADAN

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, pengaruh Islam mencakup hingga ke luar Semenanjung Arab. Pasukan Islam berhasil membebaskan Mesopotamia (kini Irak) dan sebagian Persia dari kekuasaan kekaisaran Sassanid. Mesir, Palestina, Yerusalem, Suriah, Afrika Utara, dan Armenia juga dibebaskan dari cengkeraman kekaisaran Romawi Timur (Byzantium).

Umar bin Khattab benar-benar dapat menstabilkan situasi wilayah yang dipimpinnya. Ia begitu menjaga untuk mengukuhkan keadilan di seluruh daerah kekuasaannya. Ia-lah yang memulai proses kodifikasi hukum Islam, dan membuat administrasi pengadilan agar efektif sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Umar adalah pribadi yang bersahaja, tetapi keras dan tegas dalam menghadapi kebatilan.

Umar tidak hanya melayani keluhan orang-orang Islam. Orang Yahudi dan Nasrani pun diakomodasi segenap keluhannya. Suatu hari, Umar mendapatkan keluhan tentang Walid bin 'Uqbah yang menjadi gubernur di wilayah Bani Taghlib yang mayoritas Kristen. Bani Taghlib mengeluh kalau keburukan akan datang atas kepemimpinan Walid. Menanggapi hal tersebut, Umar pun langsung mencopot Walid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun