"Ketahuilah hai, orang Yahudi. Aku adalah Umar bin Khattab. Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Nabi Muhammad saw. yang sering kamu caci-maki. Beliau sudah wafat dan mewasiatkan kepadaku agar menyuapimu sepeninggalnya."Â
Tiba-tiba saja orang Yahudi itu pun terkejut dan jatuh pingsan. Setelah sadar, ia meminta Umar menjadi saksi bahwa ia dengan sadar masuk ke dalam Islam.
Subhanallahu wallahu akbar! Belajar dari kisah di atas, sudah seharusnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam bisa mengikut keteladanannya. Menjadi orang yang pemaaf terhadap sesama.Â
Rasulullah saw. mau memafkan orang yang mencaci dirinya, berbuat baik padanya, meski berbeda keyakinan. Beliau juga pernah memaafkan penduduk Thaif yang pernah mencemooh dan melemparnya dengan batu.
Pemaaf adalah sifat yang sangat terpuji. Sifat terpuji ini Allah sifatkan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Bagi sebagian orang ada semacam ego atau gengsi untuk mengatakan, "Aku minta maaf."Â
Terkadang orang lebih suka melakukan apa pun yang lebih sulit daripada meminta maaf. Dan ini merupakan salah satu bentuk kesombongan. Ia malu dan tidak bersedia untuk minta maaf.
Rasulullah saw. bersabda dalam hadits Ibnu Abbas, "Kelak pada hari kiamat, ada pemanggil yang menyeru, 'Di manakah orang-orang yang memaafkan orang lain? Kemarilah kepada Rabb kalian dan ambillah pahala kalian!'Â
Dan wajib bagi setiap Muslim bila suka memaafkan maka Allah masukkan dia ke dalam surga-Nya." Sungguh ini adalah penghargaan yang begitu luar biasa.
Islam mengajarkan pada umatnya bahwa memberi maaf tak menunjukkan seseorang itu lemah. Meski seseorang bisa membalasnya, tetapi jika ia mampu memberi maaf maka ia akan mendapatkan kemuliaan.Â
"Barangsiapa yang ingin dibangunkan baginya bangunan di surga, hendaknya ia memafkan orang yang mendzaliminya." (HR. Thabrani)[]