Hari Selasa September ini aku jumpa gadis manis. Kami berkenalan dan dia menyebut Ruby namanya.Â
Dia bernyanyi di kafe tetapi random, enggak rutin. Pantesan, sebelumnya aku tak pernah menemukannya di kafe tempatku nongkrong.
Suara kamu empuk! Kataku.
Dia tersipu memeluk gitarnya.
Sepertinya jika kamu menyanyi di sini, maka segala begitu berubah! Lanjutku.
Ah! Terima kasih. Tapi saya berpikir tidak memerlukan itu! Jawabnya.
Oh, maaf! Balasku.
Lalu dia berbalik naik stage, duduk memetik akustik. Tanpa yang menemani, perempuan itu sendiri di bawah siluet panggung.
Dia menyanyikan lagu indah , Kepada Angin dan Burung-burung. Suaranya lembut, notasinya ngepas dan alunan senar stringnya country. Seisi kafe yang biasa geremeng ,terhenyak sunyi, menikmati lagu tentang alam dan rasa cinta.
Lagu itu begitu cepat berlalu, dan Ruby berkemas mengakhiri show.
Lalu apakah kau akan kembali? Tanyaku.
Perempuan itu menggeleng. Entahlah! Sergahnya.
Kemana?
Aku akan kembali ke alam! Jawabnya.
Lalu dia menghilang ke balik arena. Tak banyak yang memperhatikan kecuali diriku.
Hari berikutnya aku kembali duduk di kafe, tanpa lagu alam lagi seperti kemarin. Seorang lelaki atletis mendekatiku.
Bukankah kau teman Ruby? Tanyanya.
Kenapa? Tanyaku.
Kami berpacaran dan dia ghosting! Jelasnya.
Aku mereguk gelasku dan malas komen.
Tampaknya kau paham kemana Ruby pergi? Tanyanya lagi.
Kau pacarnya dan kau tidak tahu. heh? Balasku.
Dia pasti mengatakannya,bukan? Tanyanya lagi.
Aku diam saja dan semakin males.
Jawablah! Pasti dia pergi ke alam, bukan? Desak lelaki itu.
Aku tidak tahu kawan! Aku hanya menikmati lagunya Kepada Angin dan Burung-burung! Jelasku.
Ya, dia selalu menyanyikannya. Selalu! Katanya.Â
Lelaki itu kelihatan lemas, wajahnya sedih. Lalu dia berbalik, menuju pintu dengan langkah gontai.
Hei, kau bisa mencarinya, katanya dia pergi ke alam, kawan! Kataku terakhir.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya, dia melangkah keluar tanpa menoleh.
Sejak itu aku tidak lagi menemukan Ruby dan lelakinya.
Sampai beberapa tahun kemudian, aku pindah tugas ke kota yang masih baru, yang dahulu terkenal dengan hutan alamnya.
Dan pada Selasa malam ini, aku masuk sebuah kafe dan menikmati suasana sebuah kota yang baru, sekaligus menikmati musik home band dan penyanyinya di kota anyar.
Saat jam beranjak naik, host mengenalkan seorang penyanyi  baru.
Nona Ruby! Katanya.
Terlihat seorang perempuan manis naik ke stage berkalung gitar. Aku terpana dan tak pernah lupa bahwa itu perempuan Ruby yang aku kenal.
Ruby duduk rapi dan membuka intro stringnya yang indah, lalu menyanyikanlagu, Kepada Angin dan Burung-burung.
Gadis itu masih saja penuh pesona dengan suaranya yang indah.
Hanya sebuah lagu dinyanyikan, lalu Ruby mengemas akustiknya dan meninggalkan stage. Aku mengejarnya ke balik layar.
Ruby! Aku panggil namanya.
Tampak dia terkejut.
Ah! Orang kota! Desahnya.
Tinggallah sejenak! Aku membujuknya.
Tapi dia menggeleng. Maaf. Saya harus segera pergi! Katanya.
Kemana?
Aku akan kembali ke alam! Katanya sembari meninggalkanku.
Ruby please! Aku mendesak, tapi dia bergeming dan menghilang bersama bau hutan yang masih tersisa di deretan pertokoan kota.
Entahlah sejak saat itu aku merasa kehilangan, dan terus mencari Ruby di setiap kota yang baru di bangun, di setiap Selasa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI