Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sadisme Doa Irma

9 Maret 2021   07:17 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ngapain di sana?"

"Kemarin itu, dia dengan banyak teman-temannya kan ikut mendemo Gubernur. Dan salah satu poskonya di rumah Wati yang besar itu..."

"Kenapa kamu ijinkan ikut demo segala, Ir? Kalau cowok sih nggak apa-apa. Tapi Ita itu, kan cewek yang ringkih fisiknya. Nanti kalau terjadi apa-apa, gimana?"

Irma langsung mencoba meredam kekuatiran ibunya. Ia beberkan alasan-alasannya. Pertama, karena mereka sendiri termasuk korban banjir baru-baru ini. Karena amat dirugikan, mereka punya hak untuk menuntut pemerintah daerah dan kepala daerahnya. Gubernurnya yang sekarang, dinilainya lalai. Tidak antisipatif dan tidak becus dalam menangani banjir tahunan. Sebab itu, mereka tidak saja berunjuk rasa, tapi juga telah mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri.

Kedua, demo masalah banjir bukan demo politik, seperti pilkada atau pilpres. Jadi pasti berlangsung lebih tertib, aman dan damai. Karenanya, Irma ijinkan adiknya mengikutinya.

***

Hari-hari ini ibunya amat prihatin terhadap Ita Wulandari. Pasalnya ia tengah didekati oleh seorang pria yang umurnya dua kali lipat dari umurnya. Dan jika Ita mau, setelah diwisuda beberapa bulan lagi, akan segera dinikahi.

"Aku kuatir banget, Nduk," ujar ibunya di sore harinya, "hubungan dengan gap usia seperti itu, akan lebih banyak susahnya..."

"Bukankah dulu selisih yuswa almarhum Ayah dengan Ibu sendiri, seperti itu juga?"

"Bener Irma! Justru karena aku sudah alami sendiri, maka sebaiknya jangan sampai terjadi pada Ita. Cukup Ibu sendiri saja...."

"Masak Ibu menderita bersuamikan Ayah? Seingatku, waktu itu Panjenengan berdua sangat bahagia, kok?" Irma menyanggah seperti tidak terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun