Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sadisme Doa Irma

9 Maret 2021   07:17 Diperbarui: 9 Maret 2021   07:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seperti biasanya, begitu bangun pagi, Irma langsung menuju ke taman bunganya. Taman bunga pribadinya itu sesungguhnya kecil saja. Tapi itu sudah memenuhi dua pertiga luas halaman rumahnya. Ia memang seorang pecinta bunga. Pengagum keindahan segala macam jenis bunga. Penikmat keasrian dan kecantikan taman bunga kreasinya sendiri.

Untuk apa setiap bangun tidur Irma ke situ? Tentu saja, untuk mencecap keelokan dan wangi aroma bunga-bunganya. Pun untuk mereguk bersih dan sejuknya udara pagi. Selain itu, ada tujuan mulia yang menyertainya. Yaitu untuk berdoa kepada Allahnya. Untuk mengucap syukur dan bersyafaat bagi banyak hal. Baginya, taman bunga adalah tempat ternyaman untuk membangun intimasi dengan Tuhan, Juruselamatnya.

Tetapi pagi ini, begitu masuk ke area taman bunganya, ia disambar keterkejutan yang luar biasa. Dadanya berguncang hebat. Jantungnya serasa hampir lepas. Kenapa? Karena matanya tiba-tiba melihat seorang wanita yang berada di sana. Wanita itu duduk seorang diri di sebuah bangku. Karena masih terlihat dari belakang, Irma tak tahu persis siapa wanita itu.

Dari postur dan gerakan tangan saat memegang dan mengamati sebuah bunga, dari belakang wanita itu tampak sudah tidak muda lagi. Tapi mengapa ia ada di situ sepagi ini? Dalam rangka apa? Dan kenapa tidak permisi dulu?

"Ibu ya...?" serunya setelah makin dekat dengan wanita itu.

Keruan saja yang disapa menoleh dan tersenyum padanya. Benar, perempuan sepuh itu memang ibunya Irma. Maka saling berangkulanlah mereka dalam sukacita beberapa saat lamanya.

"Ibu dengan siapa ke sini? Kok enggak kasih tahu dulu, sih?"

"Sekali-sekali bikin kejutan kan nggak apa-apa, to Nduk?" jawabnya sambil menciumi pipi putri tercintanya itu. Kemudian langsung saja ia menceritakan kronologi proses serta alasannya datang ke sini.

***

"Dari tadi pagi, aku kok belum lihat adikmu, Ita. Ke mana dia?" tanyanya setelah makan siang.

"Sudah sejak kemarin Ita bersama teman-temannya berada di rumah Wati...."

"Ngapain di sana?"

"Kemarin itu, dia dengan banyak teman-temannya kan ikut mendemo Gubernur. Dan salah satu poskonya di rumah Wati yang besar itu..."

"Kenapa kamu ijinkan ikut demo segala, Ir? Kalau cowok sih nggak apa-apa. Tapi Ita itu, kan cewek yang ringkih fisiknya. Nanti kalau terjadi apa-apa, gimana?"

Irma langsung mencoba meredam kekuatiran ibunya. Ia beberkan alasan-alasannya. Pertama, karena mereka sendiri termasuk korban banjir baru-baru ini. Karena amat dirugikan, mereka punya hak untuk menuntut pemerintah daerah dan kepala daerahnya. Gubernurnya yang sekarang, dinilainya lalai. Tidak antisipatif dan tidak becus dalam menangani banjir tahunan. Sebab itu, mereka tidak saja berunjuk rasa, tapi juga telah mengajukan gugatan class action ke Pengadilan Negeri.

Kedua, demo masalah banjir bukan demo politik, seperti pilkada atau pilpres. Jadi pasti berlangsung lebih tertib, aman dan damai. Karenanya, Irma ijinkan adiknya mengikutinya.

***

Hari-hari ini ibunya amat prihatin terhadap Ita Wulandari. Pasalnya ia tengah didekati oleh seorang pria yang umurnya dua kali lipat dari umurnya. Dan jika Ita mau, setelah diwisuda beberapa bulan lagi, akan segera dinikahi.

"Aku kuatir banget, Nduk," ujar ibunya di sore harinya, "hubungan dengan gap usia seperti itu, akan lebih banyak susahnya..."

"Bukankah dulu selisih yuswa almarhum Ayah dengan Ibu sendiri, seperti itu juga?"

"Bener Irma! Justru karena aku sudah alami sendiri, maka sebaiknya jangan sampai terjadi pada Ita. Cukup Ibu sendiri saja...."

"Masak Ibu menderita bersuamikan Ayah? Seingatku, waktu itu Panjenengan berdua sangat bahagia, kok?" Irma menyanggah seperti tidak terima.

"Aku memang bahagia bersama Ayahmu. Tapi terlalu singkat waktunya. Ingatlah, ketika aku masih berumur 35 tahun, Beliau sudah sedha. Waktu itu, kamu dan kakakmu Ida masih sekolah di SD. Malah si Ita masih bayi..."

".........................." Irma terdiam mendengarnya. Tapi ingatannya dengan cepat melayang ke masa kecilnya.

Irma Kartikasari masih ingat, betapa susahnya ibunya dulu. Saat masih sangat muda, tiba-tiba harus menjadi single parent bagi ketiga putrinya yang masih kecil-kecil. Perjuangannya untuk mendidik dan membesarkan mereka pasti sangat berat.

Bahkan dengan tulus beliau rela menyalibkan hasratnya. Yaitu hasrat untuk menikah lagi. Demi ketiga anak gadisnya, ibunya rela tetap menjanda sampai masa sepuhnya. Pengalaman seperti itulah yang amat dikhawatirkan ibunya bisa terjadi pada Ita.

"Ibu," Irma mendekati ibunya dan memeluknya. "Ibu jangan galau lagi deh! Aku akan berdoa sungguh-sungguh pada Tuhan, agar Dia memutus hubungan Ita dengan pria itu..."

"Doa memutus hubungan?" tanya ibunya, "Apa enggak aneh dan sadis, to Nduk! Setahuku, doa itu untuk menyatukan, memelihara dan mempererat hubungan. Bukan untuk memutuskan!"

"Jadi Ibu kepingin, Ita jadi bener-bener nikah sama pria itu?"

"Ya tidak dong! Aku bahkan takut!"

"Kalau gitu, cara satu-satunya ya harus diputusin hubungan mereka. Tapi kalau Ibu atau aku yang mutusin, pasti kita bermasalalah dengan mereka. Dan itu pun belum tentu berhasil..."

"Maksudmu, biar Tuhan sendiri yang memutuskan mereka?"

"Persis! Kalau Tuhan sendiri yang bertindak, itu pasti baik dan benar! Tindakan Tuhan tidak pernah salah dan tidak akan pernah gagal."

Irma pun menceritakan pengalaman doanya. Sebelum ini, Irma sudah pernah mendoakan agar adik bungsunya itu agar putus dengan dua pacarnya yang dahulu. Yang satu, karena  tidak seiman. Sedang pacar yang satunya, mantan percandu narkoba. Dan faktanya, doa-doa Irma sukses. Sebab semuanya dikabulkan Tuhan. Memang selain mendoakan, Irma juga dengan kasih mencerahi hati Ita dengan nasihat yang logis dan kuat.

"Jadi, meski sebuah doa itu terkesan keras bahkan sadis, tapi kalau dikabulkan Tuhan berarti doa itu baik. Asal dilandasi dengan niat yang bener-bener baik, Bunda. Gitu...!"

"Selain untuk adikmu, apa pernah kamu mendoakan orang lain dengan 'doa yang keras', dan dikabulkan Tuhan?"

"Pernah Bun! Setahun yang lalu, pada kontestasi Pilkada. Aku mendoakan seorang kandidat walikota agar tak terpilih. Alasanku, karena dia adalah mantan napi korupsi."

***

Seminggu kemudian beredar kabar yang mengagetkan dan mengecewakan Ita Wulandari. Kenapa? Karena  pria setengah abad yang mendekatinya itu, ternyata sudah punya seorang istri dan tiga orang anak. Mau tidak mau, Ita harus putuskan hubungan itu. Padahal ia sudah terlanjur mengaguminya.

Namun bagi Irma dan ibunya, berita itu amat melegakannya. Sebab keinginannya untuk "menyelamatkan" Ita telah tercapai. Artinya, doa Irma kembali diluluskan Tuhan.

***

Sebulan Berikutnya

Minggu pagi hari ini, Irma bangun kesiangan.  Karena sudah terlambat jauh dan demi efisiensi, ia sengaja tidak mengikuti kebaktian di gerejanya. Melainkan  di gereja lain yang berada  di dekat rumahnya.

Ketika si pengkhotbah mulai berjalan menuju mimbarnya, tiba-tiba mata Irma melotot menatapnya. Hatinya sontak bergejolak hebat. Ia kaget bukan alang kepalang. Kenapa?  Sebab si pengkhotbah tersebut ternyata adalah Boby Setiandy.

Boby Setiandi adalah tetangga dekat Irma di waktu remajanya. Bobylah cowok remaja yang waktu itu, paling sering main ke rumahnya. Bobylah teman yang paling royal terhadapnya. Paling sering mentraktirnya bakso dan es krim.  

Ada yang paling Irma senangi dan benci pada diri remaja ganteng itu. Yang disenangi adalah kesukaan Boby memuji kecantikannya. Sehingga saat bersamanya, selalu menjadi saat yang amat membahagiakan. Sedang yang dibencinya adalah sikap ke-playboy-an Boby. Setiap kenal cewek cantik selalu pengin dirayunya.

Namun itu sekitar15 tahun yang silam. Sekarang? Sekarang Boby amat mengejutkan! Telah terjadi "revolusi total" dalam hidupnya. Pertanyaannya, sejak kapan Boby berubah seperti itu? "Aku kudu menemuinya! Aku pengin banget dengar penjelasan langsung darinya!" tekad Irma dalam hati.

Benar! Seusai Kebaktian,  Irma benar-benar menemui Boby di kantor gereja. Karuan saja, pertemuan kedua teman lama itu amat membahagiakan keduanya. Agar lebih leluasa, mereka sepakat untuk ngobrol sambil makan siang bersama di sebuah Kantin Makan yang terletak di seberang gedung gereja. Keduanya pun saling bertukar cerita.

"Pengalamanmu bener-bener menarik, Bob! Tapi yang paling ngagetin ialah keputusanmu untuk jadi seorang pendeta. Padahal dulu, terus terang aku ragu banget akan kekristenanmu. Kamu kan gak pernah mau ke gereja? Hidupmu hedonistis. Dan yang paling menyebalkanku, kamu itu 'wedokan' melulu!"

Mendengar komentar Irma, Boby tak langsung menjawab. Ia cuma mesem-mesem saja.

"Ayo jelasin padaku, gimana ceritanya kok kamu bisa berubah 180 %?" desak Irma.

"Maksudmu, tentang statusku yang sekarang?"

"Iya, itu gimana proses dan kronologinya?"

Boby pun lantas bercerita tentang dirinya: Dahulu ia memang punya sebuah 'kegilaan'. Yaitu membuat cewek cantik tergila-gila padanya. Ada sederet nama gadis ayu yang telah ditaklukkan hatinya. Sayangnya, tak ada seorang pun yang dicintainya.

Namun, ketika kenal Angelika, ia sama sekali tak berkutik. Bukannya menundukkannya, malah dirinyalah yang ditundukkan. Sampai akhirnya ia bener-bener jatuh cinta padanya.

"Apa dia juga mencintaimu?" sela Irma.

"Jangankan mencintaiku, tertarik pun tidak. Ia pernah bilang, cowok idamannya haruslah seorang yang bener-bener cinta Kristus. Angel baru akan pertimbangkan cintaku, sesudah aku mulai cinta Tuhan."

Sesuatu yang mustahil bisa ia lakukan. Karena sejak kecil Boby adalah seorang penghina Kristus. Ia menilai Yesus itu adalah manusia yang ngayawara, utopis dan muluk-muluk. Dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga miskin, tapi begitu tampil ke masyarakat sombongnya bukan main. Salah satu contohnya, Yesus ingin menjadikan semua bangsa murid-Nya.

Akan tetapi, karena waktu itu Boby sangat mencintai Angelika, maka ia kepingin banget memenuhi kriteria yang ditetapkannya. Yaitu mengubah diri dari seorang penghina, menjadi pecinta Kristus. Tapi caranya bagaimana?

Angel memberi saran padanya agar ia harus setia ke gereja. Harus mulai banyak belajar Alkitab tentang Sang Juruselamat. Baik sekali kalau bisa belajar langsung pada para pendeta. Harus juga mau baca buku-buku teologi. Angel pun memijami beberapa buku yang bagus padanya. Dan hasilnya, hanya dalam waktu setahun lebih, pengenalannya akan Kristus sudah lumayan bagus. Sudah banyak mengubah persepsi negatifnya tentang Yesus menjadi persepsi positif.

"Salah satu contohnya apa?" tanya Irma.

"Ya seperti yang kubilang tadi. Yesus kan ingin menjadikan semua bangsa itu murid-Nya? Dahulu, itu kuanggap sebagai keinginan yang ngayawara, utopis dan muluk-muluk. Bukankah orang-orang sebangsa-Nya sendiri yang waktu itu menolak Dia? Bagaimana mungkin bangsa-bangsa lain mau jadi murid-Nya?"

"Tapi setelah kupelajari secara serius kisah hidup-Nya, akhirnya aku harus mengakui. Bahwa  Yesus Kristuslah Guru Yang Paling Agung. Dia tidak hanya piawai mengajarkan kebenaran. Namun Ia sendiri adalah kebenaran atau Yang Mahabenar."

"Beliau bukan hanya perintahkan para murid-Nya untuk saling mengasihi, tapi Dia sendiri telah mendemonstrasikan cinta yang termulia. Cinta yang penuh pengorbanan. Kasih yang mengampuni, menebus dan menyelamatkan. Beliau tidak saja fasih mengajarkan surga, tapi Dialah satu-satunya Rabi yang berkuasa memberikan surga. Dia datang dari surga dan kembali lagi ke surga. Adakah guru lain yang seperti Dia? Makanya wajar jika Ia pengin jadikan semua bangsa murid-Nya" jelas Boby bersemangat.

"Jadi kamu sudah bener-bener rela jadi murid-Nya ya sekarang?"

"Bukan cuma murid, tapi aku sudah jadi abdi-Nya. Dan yang absolutely tak bisa disangkal adalah fakta, bahwa sekarang ini jumlah para murid atau pengikut-Nya adalah yang paling besar di muka bumi ini."

Namun, setelah Boby benar-benar telah mengimani dan mulai mencintai Yesus, Angelika justru menghilang darinya tanpa pesan apa pun. Dan sampai kini, dirinya sama sekali tak tahu di mana Angel berada.

Anehnya, Boby tidak benci, marah atau dendam pada gadis misterius itu. Ia memang telah ditinggal Angel, tapi dia telah dirangkul oleh Yesus Kristus.

"Wah andai aku belum punya tunangan, aku mau loh menggantikan posisi Angel." ucap Irma bercanda.

"Aku juga mau banget dong! Sayang sekali ya!" balas Boby.

"Begini saja, aku mau bantu mencarikan Angel yang lain untukmu. Kamu mau kagak?"

Pendeta muda yang masih menjomblo itu menerima tawaran Irma. Lalu keduanya bersepakat untuk sungguh-sungguh berdoa agar niat mulia Irma itu direstui oleh Tuhan Yesus sendiri. Dan kali ini, doa Irma Kartikasari bukan doa yang sadis lagi.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun