"Pantas saja, Ayahmu baru saja menarik dananya sampai 75 juta rupiah......"
"Ngapain Papi bawa duit sebanyak itu ke kampung?" Arimbi pun ikut terkaget-kaget.
"Aku gak ngerti. Tapi besok Sabtu pagi, kamu harus nyusul Ayahmu  ke kampung. Misinya cuma satu: Segera bawa Ayahmu pulang kembali!"
Sejatinya Marni tak ingin melibatkan Arimbi. Karena anak gadisnya itu, masih harus fokus dan total pada pekerjaan yang baru didapatkannya. Namun dia sudah tak kuat lagi.
***
Ketika Arimbi baru saja akan berangkat ke kampung ayahnya, tiba-tiba Wardoyo muncul. Marni dan Arimbi tentu saja cukup kaget, campur geli dan campur senang. Tapi mereka tak mereaksinya sama sekali. Dingin, datar dan bengongsaja...
"Hei...ya jangan bengong gitu dong!" sapa lelaki itu penuh rasa heran. "Ayo kita ke pasar. Kita sarapan sate dan gulai kambing di sana! Aku lapar sekali nih! Sambil kita rayain keberhasilanku..."
"Keberhasilan Papi jadi menterinya Toto ya?" tanya Arimbi agak meledek.
"Toto siapa...?"
"Toto Raja Keraton Sejagat itu?" jawab anak gadisnya.
"Kalian harus tahu, bahwa Ayahmu ini, tidak sedungu orang-orang yang ketipu itu!" sergah Wardoyo serius. "Andai saja, Toto dan Fanni itu bener-bener dinastinya raja Mataram pun, ayahmu ini pun tak mau jadi pengikutnya. Apalagi penggawanya! Karena  memang aku bukan trah dari raja Mataram...."