Celotehan Empok Siti itu, ia tahu hanya candaan belaka. Tapi efeknya menggetarkan jiwanya juga. Sebab itu, dengan sekuat tenaga ia segera memerangi perasaannya sendiri. Di matanya, suaminya yang pensiunan bintara tentara itu, bukan tipe lelaki tukmis atau bajul buntung.
Sejak muda di kesatuannya, Wardoyo sudah dididik dan dibentuk menjadi pribadi yang loyal dan taat asas. Dia pribadi yang bertanggung jawab. Dan selama ini, dia sangat mengayominya. Tapi kenapa sampai kini belum memberi kabar? Ini yang benar-benar bikin Marni pusing!
***
Sore ini, Sumarni mengundang Wiwiek ke rumahnya. Pada sahabat karibnya itu, ia ingin curhat tentang masalah yang merundungnya. Ia ingin mendengar apa tanggapan dan saran-sarannya.
"Perginya bawa duit banyak nggak?"
"Ya mana aku tahu?"
"Maksudku, sebelum pergi, apa suamimu pernah ngobrol tentang perencanaan duit kalian?"
"Ya pernah, tapi hanya sekilas saja. Tapi apa hubungannya?"
"Ya, erat banget....."
"Maksudmu?"
"Duitnya itu untuk disetor sebagai iuran. Makin gede setornya, makin tinggi posisinya..."