Mohon tunggu...
Bahasastra
Bahasastra Mohon Tunggu... GURU

Saya adalah penyuka bahasa dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Puyang Muare Semamat (Penakluk Muare Semamat)

27 Agustus 2025   10:01 Diperbarui: 27 Agustus 2025   10:01 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Arsip Marsioni)

Saat mentari mulai menguning, Puyang Bajau Tujuh memiliki kebiasaan menyabung ayam jantan. Bukanlah tanpa alasan Puyang Bajau Tujuh mengaduh ayam jantan di arena setiap senja. Ia bermaksud mencari pemuda yang pantas untuk disandingkan dengan Sang Putri. Pemuda yang memiliki kecakapan kanuragan dan pribadi berbudi. Sebab Sang penguasa nagari Babat Punjung memiliki ilmu yang tinggi, tentu bukanlah perkara mudah mengalahkannya dalam sabung ayam. Benar saja, tiga purnama berlalu tak satupun warga nagari mampu mengalahkan ketangkasannya.

Melihat kebiasaan Puyang Bajau Tujuh, Madasirpun menantang Sang penguasa untuk betarung di arena. Berbekal kesaktian yang dimiliki, Madasir mampu mengalahkan Puyang Bajau Tujuh. Atas kemenangan itu, Puyang Bajau Tujuh menghadiahkan berpeti emas kepada Madasir.  Tanpa terduga, Madasir yang berparas gagah menolak segala hadiah atas kemenangannya, sebab bukanlah ia mencari harta benda dalam pengembaraan. Madasir hanya ingin menyambung tali sahabat dengan Sang penguasa nagari Babat Punjung.

Disuguhkan keelokan budi Madasir, pencarian Puyang Bajau Tujuh terjawablah. Akhirnya Sang Putri kesayangan disandingkan dengan Madasir. Berjuntai pekan telah dilewati, Madasir dan Sang Putri pun meminta diri pada Puyang Bajau Tujuh untuk kembali ke muara sungai Semamat. Madasir dan Sang Putri akhirnya menetap dan bermukim di sana.

Petualangan Madasir untuk menunaikan tugas dari Sang ayah belumlah berakhir. Tugas yang diberikan Sang ayah bukanlah perkara mudah baginya. Penghuni muara sungai Semamat yakni Labi Kumbang tidak sudih berbagi tempat sehingga terjadilah pertempuran sengit antara Madasir dan penghuni tersebut. Meski telah dibekali ilmu kanuragan yang tinggi, butuh waktu tujuh hari tujuh malam bagi Madasir untuk menaklukan penghuni muara sungai Semamat itu. Setelah melalui pertarungan hidup mati, akhirnya Labi Kumbang menjadi hewan peliharaan Madasir yang bertugas untuk menjaga muara sungai Semamat dari segala ancaman.

 

 

 

BAGIAN I

MADASIR

Sembilan purnama telah berganti, memayungi penantian panjang Arya Gayap dan Sang istri. Saat bulan merona di hari ketujuh, bayu menari perlahan dipelupuk mata, Arya Gayap dikejutkan dengan rintihan Sang istri. Benar saja, jerit lelaki mungil mengambang ke bubungan sudung1. Bulat bola mata Sang bayi, sendu wajah Sang istri memekar mawar bahagia di hati Arya Gayap. Disematkanlah olehnya nama Madasir pada bayi mungil itu.

Tatih langkah kecil Madasir sudah mulai tak terbilang, keelokan rupa juga tiada sanding penanda ketangkasan Sang buah hati di esok lusa. Sedari kecil, Madasir sudah menampakkan kemahirannya. Puntau2 tak lagi menjadi perkara yang sulit baginya di usia belia. Ia sudah mampu menguasai berbagai jurus yang diajarkan Sang ayah. Segala budi telah ditular, segala harap telah disemat. Sewindu sudah berlalu Madasir menjelma menjadi pemuda yang gagah lagi berbudi. Tentu saja, ini bukanlah akhir perjalan dari seorang taruna. Masih panjang lagi sejarah hidup yang harus diukirnya. Tiba saat untuk melepas Sang pemuda dalam pengembaraan menempah diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun