Pernahkah Anda membuka Instagram hanya untuk "melihat sebentar", lalu sadar satu jam telah berlalu? Atau mungkin Anda mendapati diri Anda kesulitan fokus membaca buku lebih dari dua halaman tanpa ada dorongan kuat untuk meraih ponsel? Jika iya, Anda tidak sendirian. Fenomena ini belakangan ramai disebut dengan istilah gaul: "brain rot" atau "pembusukan otak".
Istilah ini mungkin terdengar ekstrem, tetapi cukup akurat untuk menggambarkan perasaan lelah mental, kabut pikiran, dan penurunan rentang perhatian yang dialami banyak dari kita akibat paparan konten media sosial yang tak ada habisnya.
Ini bukan tentang menyalahkan teknologinya, tetapi mengajak kita untuk lebih sadar akan dampaknya. Coba kita jujur pada diri sendiri, apakah gejala-gejala ini terasa akrab?
Cek Gejala: Apakah "Racun" Medsos Sudah Menjalar?
Brain rot bukanlah diagnosis medis resmi, melainkan sebuah cerminan budaya. Anggaplah ini sebagai daftar periksa untuk refleksi diri:
Rentang Perhatian Sek Pendek Napas: Anda merasa sangat sulit untuk fokus pada satu tugas yang membutuhkan konsentrasi lama, seperti bekerja, belajar, atau bahkan menonton film tanpa sambil scroll ponsel.
Kecemasan Saat "Offline": Timbul perasaan gelisah, cemas, atau FOMO (Fear of Missing Out) ketika Anda tidak memeriksa notifikasi atau linimasa media sosial dalam beberapa waktu.
-
Memori dan Kosakata dari Linimasa: Obrolan sehari-hari Anda dipenuhi oleh referensi meme, istilah viral, atau drama yang sedang tren di internet, bahkan terkadang sulit mengingat hal-hal yang lebih penting.
-
Kelelahan Mental Konstan: Meskipun tidak melakukan aktivitas fisik yang berat, Anda merasa terkuras secara mental di penghujung hari. Otak terasa "penuh" tetapi juga "kosong" di saat yang bersamaan.
Tidur yang Terganggu: Kebiasaan scrolling sebelum tidur membuat Anda sulit terlelap, atau bahkan terbangun di tengah malam hanya untuk memeriksa ponsel.
