Kabar baiknya, konflik ini bisa diubah menjadi peluang. Alih-alih melihat tenant sebagai kompetitor, mereka justru bisa dijadikan mitra. Beberapa peluang integrasi yang bisa dilakukan adalah:
1. Tenant sebagai Mitra Produksi
Tenant dilibatkan langsung dalam proses pengolahan makanan MBG. Mereka dilatih dan diberi standar keamanan pangan yang jelas, kemudian diberi tanggung jawab memasak menu tertentu di dapur sekolah. Dengan begitu, kualitas makanan tetap terjamin, sementara tenant tetap memiliki penghasilan.
2. Diversifikasi Produk
MBG bisa fokus pada menu utama (nasi, lauk, sayur, buah), sementara tenant menjual produk tambahan bernutrisi seperti susu, roti, buah potong, atau camilan sehat. Dengan diversifikasi ini, siswa tetap memiliki pilihan untuk membeli makanan tambahan, dan tenant mendapatkan ceruk pasar baru yang tidak tumpang tindih dengan MBG.
3. Skema Subsidi Bahan Baku
Tenant bisa diberi akses bahan baku bersubsidi oleh sekolah atau pemerintah. Dengan harga bahan baku lebih murah, mereka bisa menjual produk sehat dengan harga terjangkau. Skema ini juga memastikan bahan baku yang digunakan sesuai standar MBG.
4. Rotasi Menu Bersama Tenant
Dapur MBG bisa mengatur jadwal rotasi menu yang melibatkan tenant. Misalnya, tenant A bertanggung jawab menyediakan lauk di hari Senin, tenant B di hari Selasa, dan seterusnya. Dengan cara ini, semua tenant mendapat giliran berpartisipasi dalam sistem MBG.
Dampak Positif dari Integrasi
Jika tenant kantin diintegrasikan ke dalam MBG, maka beberapa dampak positif bisa tercapai.