Manis alami: berasal dari buah, susu, atau umbi-umbian. Selain gula, juga mengandung vitamin, mineral, dan serat.
Gula tambahan: berasal dari gula pasir, sirup jagung tinggi fruktosa, atau pemanis olahan lain yang hanya memberi kalori tanpa zat gizi.
Memberikan anak buah segar, yoghurt tanpa tambahan gula, atau olahan umbi lebih baik dibanding minuman manis kemasan atau permen.
Mengelola Preferensi Manis Anak
Alih-alih menghindari manis sama sekali, strategi yang lebih realistis adalah mengelola preferensi alami ini. Beberapa cara yang bisa dilakukan orang tua antara lain:
Perkenalkan rasa alami sejak dini: biasakan anak dengan buah, sayuran manis alami, bukan hanya makanan dengan gula tambahan.
Batasi minuman manis kemasan: ganti dengan air putih atau jus buah segar tanpa gula.
Kreatif dalam penyajian: kombinasikan buah manis dengan sayuran, agar anak belajar menerima variasi rasa.
Jangan jadikan gula sebagai hadiah: memberi permen setiap kali anak berhasil melakukan sesuatu bisa memperkuat asosiasi tidak sehat.
Kesimpulan
Makanan anak usia 3–5 tahun cenderung lebih manis bukan hanya karena strategi industri pangan, tetapi karena memang kebutuhan biologis dan perkembangan evolusi manusia. Rasa manis memberi energi instan untuk otak yang sedang tumbuh, menenangkan sistem saraf, dan menjadi mekanisme pertahanan dari rasa pahit yang berpotensi berbahaya.
Namun, kebutuhan alami ini tidak boleh disalahartikan sebagai izin bebas untuk memberi gula tambahan. Manis tetap penting, tetapi sebaiknya datang dari sumber alami yang kaya zat gizi. Dengan mengelola preferensi ini, kita bisa mendukung pertumbuhan anak yang sehat sekaligus membentuk kebiasaan makan yang baik sejak dini.
Daftar Pustaka