Gunakan re-framing: ubah kata "masalah" menjadi "tantangan," "kegagalan" menjadi "proses belajar."
Pilih kata publik dengan hati-hati: bagi pemimpin atau komunikator, setiap istilah bisa memengaruhi ribuan orang.
Seimbangkan realitas dengan optimisme: penting untuk jujur pada data, tapi cara menyampaikan juga harus memberi arah yang membangun.
Kesimpulan
Kata adalah alat sederhana yang memiliki kekuatan luar biasa. Dari membentuk persepsi individu hingga menciptakan realitas sosial, kata-kata bisa menjadi jembatan menuju optimisme atau jebakan menuju pesimisme.
Pernyataan bahwa menyebut "ekonomi sulit" dapat memengaruhi alam bawah sadar hingga berdampak pada diri sendiri memang benar. Kata membentuk frame, memicu emosi, memandu tindakan, dan akhirnya menciptakan realitas.
Karena itu, penting bagi kita semua, baik sebagai individu maupun masyarakat,untuk lebih bijak memilih kata. Dengan kata yang tepat, kita bisa membentuk persepsi yang sehat, keyakinan yang membangun, dan realitas yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Bargh, J. A., Chen, M., & Burrows, L. (1996). Automaticity of social behavior: Direct effects of trait construct and stereotype-activation on action. Journal of Personality and Social Psychology, 71(2), 230--244. https://doi.org/10.1037/0022-3514.71.2.230
Berridge, K. C., & Kringelbach, M. L. (2015). Pleasure systems in the brain. Neuron, 86(3), 646--664. https://doi.org/10.1016/j.neuron.2015.02.018
Entman, R. M. (1993). Framing: Toward clarification of a fractured paradigm. Journal of Communication, 43(4), 51--58. https://doi.org/10.1111/j.1460-2466.1993.tb01304.x
Merton, R. K. (1948). The self-fulfilling prophecy. The Antioch Review, 8(2), 193--210. https://doi.org/10.2307/4609267