Air yang tampak jernih belum tentu bebas dari risiko. Banyak dari kita mengira bahwa air yang tidak berwarna dan tidak berbau berarti sudah aman dikonsumsi. Padahal, kualitas air minum tidak bisa hanya dinilai secara kasat mata. Di balik kejernihannya, air bisa saja mengandung logam berat, mikroorganisme berbahaya, atau zat kimia beracun yang tidak terlihat oleh mata.Â
Khususnya bagi sebagian dari kita yang tinggal di daerah dengan sanitasi terbatas, atau di wilayah dengan kandungan tanah berkapur dan berbatu, risiko pencemaran air cukup tinggi. Tidak sedikit pula mereka yang menggunakan air tanah langsung tanpa pengolahan atau pengujian terlebih dahulu. Dalam jangka panjang, konsumsi air yang tidak memenuhi standar kesehatan dapat memicu berbagai penyakit seperti yang umum terjadi adalah masalah pencernaan.
Oleh karena itu, penggunaan alat penguji seperti TDS meter dan pH meter menjadi langkah awal yang sangat penting untuk mengevaluasi mutu air, baik dari sumur bor, PAM, maupun sumber air alternatif lainnya yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Harganya juga bervariasi, ada yang paling murah dengan fitur sederhana, ada yang harganya jutaan. Namun, sebetulnya apabila kita menggunakan TDS meter dan pH meter untuk kebutuhan hidroponik juga sudah cukup.
Masalahnya, kita bisa mengeliminasi bakteri dalam air dengan cara merebus hingga mendidih. Kemudian, kalau tingkat kekeruhan, kita bisa lihat dengan mata dengan pencahayaan yang cukup. Lalu bagaimana kita bisa mengetahui apakah air tersebut mengandung banyak partikel yang tidak terlihat? kemudian apakah pHnya cocok untuk kita konsumsi? Oleh karena itu, menurut saya investasi di kedua alat tersebut sangat penting untuk menguji apakah air jernih yang kita minum ini aman untuk dikonsumsi.
Berikut ini, saya jabarkan apa itu TDS, mengapa hal ini penting untuk kita ketahui dan saran praktis yang dapat dilakukan agar air yang kita gunakan sehari-hari, aman untuk dikonsumsi.
Apa Itu TDS, pH, dan Mengapa Harus Diukur?
TDS (Total Dissolved Solids) adalah ukuran jumlah total zat padat terlarut dalam air, termasuk garam anorganik seperti kalsium, magnesium, natrium, dan kalium, serta bahan organik lainnya dalam jumlah kecil (EPA, 2018). Nilai TDS umumnya dinyatakan dalam satuan miligram per liter (mg/L) atau part per million (ppm). Alat TDS meter berfungsi untuk mendeteksi konsentrasi zat terlarut ini secara cepat dan praktis.
Kadar TDS yang tinggi dapat mengubah rasa air menjadi pahit, asin, atau bahkan logam. Lebih dari itu, kandungan mineral atau logam berat tertentu dalam air dengan TDS tinggi juga dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh, terutama ginjal dan sistem pencernaan. Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi air dengan kandungan TDS melebihi batas aman dapat menyebabkan pembentukan batu ginjal, hipertensi, dan memperburuk kondisi pasien dengan penyakit kronis tertentu (World Health Organization [WHO], 2017).
Namun, kadar TDS yang terlalu rendah juga bukan berarti lebih baik. Air dengan TDS < 300 mg/L memang masih termasuk aman, tetapi bisa terasa hambar dan miskin mineral penting yang dibutuhkan tubuh. Oleh sebab itu, penting untuk tidak hanya mengejar air dengan TDS serendah mungkin, tetapi memahami bahwa keseimbangan mineral dalam air juga dibutuhkan untuk mendukung metabolisme tubuh.
pH air menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan air. Skala pH berkisar dari 0 hingga 14, dengan angka 7 sebagai titik netral. Air minum ideal seharusnya berada dalam rentang 6,5 hingga 8,5 menurut Permenkes No. 2 Tahun 2023. Di luar rentang ini, air dapat bersifat terlalu asam atau terlalu basa, yang masing-masing menimbulkan risiko tersendiri.
Air yang terlalu asam (pH < 6,5) dapat mengakibatkan iritasi lambung, mempercepat karat pada pipa distribusi, serta menyebabkan logam berat seperti timbal dan tembaga terlarut dalam air. Sementara itu, air yang terlalu basa (pH > 8,5) bisa menyebabkan rasa pahit, iritasi kulit, dan gangguan keseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Dengan menggunakan pH meter, pengguna bisa melakukan uji cepat terhadap air rumah tangga untuk mengetahui apakah air yang dikonsumsi berada dalam batas aman.
Standar Mutu Air Baku untuk Air Minum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 2 Tahun 2023, air baku yang digunakan untuk keperluan air minum harus memenuhi parameter-parameter mutu yang ditentukan, baik dari sisi fisik, kimiawi, maupun mikrobiologis. Adapun beberapa parameter utama di antaranya:
TDS maksimum: < 300 mg/L
pH: 6,5 -- 8,5
Warna, bau, dan rasa: tidak mencolok, tidak berbau menyengat, serta tidak memiliki rasa asing
Standar ini bertujuan untuk memastikan bahwa air yang akan dikonsumsi masyarakat telah memenuhi kriteria keamanan dan kesehatan. Air yang tidak lolos standar ini seharusnya tidak digunakan untuk keperluan konsumsi tanpa pengolahan lebih lanjut.
Lalu, bagaimana jika hasil pengujiannya tidak sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan? Nah, berikut ini saya bantu berikan beberapa solusi praktis yang bisa dilakukan oleh kita di rumah, mulai dari investasi alat canggih hingga konvensional:
Menggunakan Water Purifier Berbasis Reverse Osmosis (RO)Teknologi RO merupakan salah satu yang paling efektif untuk menyaring hingga 95--99% zat padat terlarut, termasuk logam berat, bahan kimia, dan mikroorganisme. Sistem ini bekerja dengan membran semipermeabel yang hanya memungkinkan molekul air murni lewat. Kekurangannya adalah investasi alat ini cukup mahal, namun investasi alat ini memberikan hasil yang efektif.
Menggunakan Filter Air KonvensionalFilter karbon aktif dan resin penukar ion dapat membantu menurunkan TDS dalam skala ringan hingga sedang. Meskipun tidak seefektif RO, metode ini relatif lebih murah dan cukup untuk kebutuhan rumah tangga sederhana.
Membangun Saringan Bertingkat (Pasir, Arang, dan Kerikil)Metode tradisional ini masih bermanfaat sebagai prapenyaringan untuk mengurangi partikel besar dan sebagian kontaminan.
Penyesuaian pH Menggunakan Mineral PenyeimbangJika air terlalu asam, kapur (kalsium karbonat) atau baking soda bisa ditambahkan dalam jumlah kecil. Jika terlalu basa, penggunaan asam sitrat atau filtrasi tambahan mungkin dibutuhkan. Namun penyesuaian ini harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli pengolahan air. Karena kita tidak bisa asal-asalan memberikan kapur atau baking soda tanpa mengetahui seberapa kadar yang baik untuk diberikan ke dalam air dan aman untuk kita konsumsi
Kesimpulan
TDS meter dan pH meter bukan hanya alat teknis, tapi bisa menjadi penjaga awal bagi kesehatan seluruh anggota keluarga. Dengan biaya yang relatif terjangkau, alat ini memberikan data objektif untuk menilai kelayakan air minum di rumah kita.
Mengandalkan kejernihan air saja tidak cukup. Banyak kontaminan berbahaya tidak terlihat secara kasat mata. Menguji air dengan TDS meter dan pH meter secara rutin dapat membantu kita untuk mengambil tindakan cepat jika kualitas air menurun. Terlebih lagi, memahami standar dari regulasi seperti Permenkes No. 2 Tahun 2023 menjadi bekal penting dalam memilih sumber air yang aman. Jika dirasa ternyata air yang kita gunakan kurang baik, maka perlu ada pertimbangan untuk mulai menggunakan alat filtrasi untuk menjaga kualitas air menjadi terjaga dan sesuai dengan yang diharapkan.
Sangat disarankan bagi setiap rumah tangga, terutama yang menggunakan air sumur atau air PAM tanpa filter, untuk memiliki kedua alat ini sebagai bagian dari langkah preventif untuk menjaga kesehatan keluarga.
Daftar Pustaka
- EPA. (2018). Secondary Drinking Water Standards: Guidance for Nuisance Chemicals. United States Environmental Protection Agency. https://www.epa.gov/sdwa/secondary-drinking-water-standards-guidance-nuisance-chemicals
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum dan Air Baku. https://peraturan.bpk.go.id
- World Health Organization. (2017). Guidelines for Drinking-water Quality: Fourth Edition Incorporating the First Addendum. WHO Press.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI