Suatu hari saya sedang merenungkan, apa yang akan terjadi jika seluruh lahan produktif dijadikan sebagai real estate dan bagaimana kita hanya berfokus pada mencari uang tanpa memiliki pandangan bahwa kita perlu belajar untuk setidaknya, belajar menanam sayur atau jamur yang mungkin nantinya kita akan lebih banyak hidup dari kedua sumber pangan tersebut?
Bersyukur kita berada di dalam negara yang memiliki sumber daya alam yang beragam. Sumber pangan kita sangat melimpah dan tidak hanya nasi, kita juga bisa mengonsumsi tepung sagu (diolah menjadi papeda), ubi jalar, singkong rebus, jagung, dan sorgum. Masih banyak sumber makanan lain yang dapat kita manfaatkan untuk menjaga ketersediaan pangan tetap terjaga. Lalu, apa maksudnya dari penjelasan ini?
Bayangkan saja ketika kita tidak mengenal seluruh bahan pangan tersebut dan hanya bergantung pada nasi, apa yang terjadi? Pasti kita akan merasa aneh dan akan lebih mencari nasi, karena pada dasarnya kita tidak terbiasa mengonsumsi bahan pangan tersebut. Padahal, karena sumber pangan kita yang kaya, kita dapat mewujudkan program ketahanan pangan.
Ketahanan pangan adalah isu krusial yang tidak hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan dasar manusia, tetapi juga berkaitan erat dengan pembangunan berkelanjutan, stabilitas ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memastikan ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan, dan stabilitas pangan bagi seluruh rakyatnya.
Untuk mengatasi tantangan global ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 17 Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2015 sebagai bagian dari agenda pembangunan global yang berlaku hingga tahun 2030. Salah satu tujuan utama SDGs, yakni SDG 2, secara spesifik bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, perbaikan gizi, serta mendorong pertanian berkelanjutan.
Latar Belakang SDGs dan Tujuan Ketahanan Pangan
SDGs lahir sebagai tindak lanjut dari Millennium Development Goals (MDGs) yang berakhir pada tahun 2015. Berbeda dari pendahulunya, SDGs memiliki cakupan yang lebih luas, menyasar seluruh negara baik berkembang maupun maju, serta mencakup aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
SDG 2 dirumuskan karena kelaparan dan malnutrisi masih menjadi masalah global yang serius. Hingga kini, jutaan orang di dunia masih hidup dalam kondisi rawan pangan dan kekurangan gizi. Oleh karena itu, melalui SDG 2, dunia berkomitmen untuk:
-
Mengakhiri kelaparan dan memastikan akses universal terhadap pangan bergizi yang cukup,
- Baca juga: Mindful Eating Selama Bulan Puasa: Menjaga Keseimbangan Tubuh dengan Pola Makan yang Tepat
Menghapus segala bentuk malnutrisi,
Meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kecil,
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!