Mohon tunggu...
Azwar Abidin
Azwar Abidin Mohon Tunggu... Dosen - A humble, yet open-minded wordsmith.

Faculty Member at FTIK, State Islamic Institute of Kendari. Likes Reading, Drinks Coffee.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kaum Muda dan Belenggu Kebebasan yang Terkondisikan

28 Oktober 2019   18:27 Diperbarui: 11 November 2019   09:48 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan; jalan kaum muda merintis kebebasannya.| Dok. Pribadi

Nah, ketika dihadapkan pada pilihan awal, pemuda ini sudah dibatasi oleh pengalaman sebelumnya. Belum lagi faktor lain yang memberi batasan pada pertimbangan pilihannya sehingga ia pun sampai terpenjara oleh konsekuensi pilihannya.

Sehingga, dengan demikian, pernyataan "Engkau masih muda dan bebas menentukan pilihan hidupmu." tidak bisa dijadikan landasan. Sebab pada dasarnya pilihan itu telah terkondisikan sehingga membuat makna bebas pada kalimat itu menjadi semu.

Untuk mengatasi hal itu maka pertimbangan terhadap masing-masing pilihan mesti secara sadar dirumuskan. Tentunya, dengan kondisi subjek yang tidak bebas, ia harus membuka diri menerima 'pengalaman kebebasan yang terkondisikan' dari mereka yang punya pengalaman dengannya.

Di situlah peran orang tua, guru, rekan, sahabat, hingga masyarakat sekitar. Siapapun yang memiliki pengalaman pahit dengan kebebasan yang dipaksakan perlu menjabarkannya kepada mereka yang membutuhkan agar tidak jatuh dalam penjara konsekuensi yang sama.

Pesan saya kepada para pemuda(i); evaluasi dan terus kembangkan konsep kebebasan yang kalian anut lewat membaca zaman dan dialog dengan mereka yang hidup di dalamnya.

Kebebasan mensyaratkan ketiadaan konflik yang membelenggu momen pengambilan keputusan. Selain itu, pahami bahwa pilihan yang telah ditetapkan akan memberi nuansa pada karakter diri serta mengubah haluan tujuan hasrat kalian.

Yang tak kalah penting, sadarilah bahwa setiap pilihan akan mendatangkan konsekuensi entah dalam bentuk yang telah diantisipasi maupun tidak. Apapun itu, rangkul saja! Toh kalian sudah menetapkan pilihan.

Kaum Muda di antara Kemandirian dan Tanggungjawab Moral
Nah, kembali ke kasus pemuda tadi yang suka tidak suka mesti menjalani karir di luar kompetensi lulusannya. Baiklah, pilihannya yang ia tentukan dengan bebas ternyata telah terkondisikan segala keterbatasan yang mengikatnya.

Sekarang, apakah ia harus menyerah atas kondisi itu? Tentu tidak! Mengapa demikian? Ya karena hal itu adalah biasa dalam konteks menjalani hidup. Bukankah kehidupan yang kita jalani mestinya memang penuh dengan kejutan?

Pemuda itu tetap mampu konsisten dengan bertanggungjawab atas pilihan yang telah dibuatnya. Sebuah peristiwa yang disebabkan oleh pilihan seseorang akan melahirkan banyak konsekuensi bahkan yang tidak disadari oleh orang itu sendiri.

Ingat musibah yang menimpa bangsa kita beberapa waktu lalu? Semua menyalahkan Presiden. Meski beliau telah berupaya semampunya, ketidakbecusan bawahannya akan dialamatkan kepada beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun