"Kerendahan hati yang sejati tidak pernah merasa rendah,
dan kesombongan yang halus justru sering bersembunyi dalam sikap ingin tampak sederhana."
Artinya, keikhlasan bukan soal citra, melainkan keadaan batin yang sadar bahwa setiap peran hidup hanyalah titipan dari Gusti Allah.
Ketika seseorang benar-benar ikhlas, ia tidak butuh pembenaran, tidak mencari sorotan, dan tidak mengukur nilai dirinya dari pengakuan manusia.
Perspektif Spiritual Islam: Ikhlas dan Bahaya Riya'
Dalam ajaran Islam, kesombongan bukan hanya menolak kebenaran, tapi juga merasa lebih baik secara moral atau spiritual dari orang lain.
Allah SWT berfirman:
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu ialah orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati..."
(QS. Al-Furqn: 63)
Ayat ini menegaskan bahwa kerendahan sejati tercermin dalam perilaku, bukan ucapan.
Bahkan Nabi Muhammad pernah bersabda:
"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil."
Para sahabat bertanya, "Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?"
Beliau menjawab, "Riya' --- yaitu ketika seseorang beramal bukan karena Allah, melainkan karena ingin dilihat manusia."
(HR. Ahmad)
Riya' inilah bentuk kesombongan spiritual ketika amal, ibadah, atau kebaikan dilakukan untuk mendapatkan pengakuan, bukan keridaan Allah.
Imam al-Ghazali dalam Ihya' 'Ulum ad-Din menulis bahwa riya' adalah penyakit hati yang paling halus, karena bisa bersembunyi di balik amal yang tampak suci.
Pandangan Filsafat: Merendah Sebagai Kesadaran, Bukan Pertunjukan
Socrates pernah berkata, "Aku tahu bahwa aku tidak tahu."
Kesadaran ini adalah bentuk kerendahan intelektual (epistemic humility) pengakuan bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan mutlak.
Dalam konteks spiritual, pengakuan ini sejajar dengan kesadaran tauhid: hanya Tuhan yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
Kerendahan sejati, baik secara filosofis maupun spiritual, bukan soal mengecilkan diri, tapi tentang menyadari posisi diri dengan jujur di hadapan kebenaran.
Dengan begitu, rendah hati bukan berarti merasa hina, melainkan tidak menuntut pujian untuk kebaikan yang dilakukan.