Mohon tunggu...
Azimatus Syabana
Azimatus Syabana Mohon Tunggu... Mahasiswa, Karyawan Toko, Organisatoris

Penulis lepas. Menulis apa saja yang ditemui. Bisa dalam wujud puisi, cerpen, opini, atau yang lainnya. Kadang nyleneh, kadang serius, kadang nggak dua-duanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Janji Palsu

21 September 2025   11:01 Diperbarui: 21 September 2025   11:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Hei, kau! Berhenti menyerang Damaskus!" Umar datang bak superhero yang bersiap mengalahkan Genderuwo tersebut, ia langsung membacakan ayat-ayat suci pengusir setan yang ia kuasai sejak nyantri dulu.
Genderuwo itu cukup kuat untuk hanya ditaklukkan Umar seorang, ia sendiri hampir mendapat serangan jika tidak berhati-hati.
"Rohmat! Bantu aku!" Umar menyuruh anak buahnya---si pengintai-- untuk membantunya menahan serangan Genderuwo ganas ini.
Dua lawan satu. Genderuwo itu terlihat cukup kewalahan. Ia mulai merasakan panas di sekujur tubuhnya. Pekikannya yang kesakitan sangat keras hingga membunyikan alarm mobil-mobil yang terparkir jauh di seberang jalan pabrik kosong tersebut.
"Jiannn, ngerine!" Dono bergumam.

"Sedang apa di sini, Don?" sebuah suara tiba-tiba muncul dari belakang Dono. Dono menoleh perlahan.
"AAAAAAAAAAAAAAAAA!" mereka berempat sama-sama berteriak keras karena kaget, ya, ternyata mereka adalah Dede, Rusdi, dan Arok yang ternyata mengikuti Dono dan Umar ke tempat ini.
"Jangkrek! Ngageti wae! Katanya kalian mau pulang?!" tanya Dono.

"Kami penasaran lihat kamu ngobrol sama Pak Umar, kayak serius
banget, eh tau-tau kalian udah pergi, ya kami kepo, dong," jawab Arok.
 
Tiga belas menit. Genap tiga belas menit perlawanan sengit itu berlangsung. Sang Genderuwo menyerah kalah sebab Umar dan Rohmat lebih unggul. Puffff! Ia menghilang tanpa bekas. Sekarang tersisa Damaskus yang tergeletak lemas untuk dimintai keterangan.
"Ahhh, ughhh, Umar... Kauuu, Umar...." Damaskus tak sanggup berkata-kata karena tubuhnya "sudah setengah hancur" sebab dihajar Genderuwo sialan tadi.
"Dam... Dam... Bersaing ya bersaing saja, Dam. Cukup seperti dulu saja. Bukankah dulu kita sempat punya ide bisnis bersama? Sekarang kenapa harus begini?"
"A...Ada.. Ada banyak hal yang.... Tttidakk... kau mengerttii. Ada banyak."
"Apa pun itu kau berikan saja keterangan pada pihak kepolisian setelah kau sembuh, sampai jumpa."
Ambulans datang. Polisi datang. Warga berkerumun. Semuanya saling melempar tanya. Ada apa? Mengapa? Siapa? Semua itu tidak bisa dijawab oleh Umar. Adapun Damaskus, ia didakwa pasal percobaan pembunuhan dengan hukuman 15 tahun penjara.
Dua karyawan Umar---Miftah dan Ratih perlahan sudah membaik keadannya. Dan di ruangan lain, Lia... Lia yang jiwanya sempat "dimakan" oleh Genderuwo sialan itu secara ajaib juga sudah membaik---meski hampir mati dibuatnya.
"Lia! Kamu sudah sembuh??" Dono langsung memeluk kawan kerjanya
itu.

"Aduh, sakit, pe'a! Sembuh sih sembuh tapi jangan dikewok begini! Jadi
mati beneran nanti aku!"
 
Semua orang di ruangan tersebut bahagia---Dono, Dede, Rusdi, Arok, dan kedua orang tua Lia. Pun di ruangan sebelah, Umar, Rohmat, Miftah, Ratih, dan karyawan-karyawan lain yang datang menjenguk merasa bahagia karena keadaan sudah membaik. Lalu, sebuah kalimat muncul dari mulut Umar secara tiba-tiba.

"Sukses itu hanya dipinjamkan sementara. Ia merupakan 'Janji Palsu' dunia."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun