Kakinya membawa ke sel tersebut, berdiri di pintu menatapnya menggigil di dipan, dan berharap menguak rahasia tersembunyi ia bertanya, tapi suaranya lenyap oleh kegetiran berat, sebelum Margio menoleh dan mengerti
 "Bukan aku," kata Margio tenang dan tanpa dosa. "Ada harimau di dalam tubuhku." Â
    Â
     Data di atas pada halaman 32  menjelaskan peran pikiran-pikiran, impuls-impuls dari wilayah id yang menunjukkan bahwa pikirannya tersebut ada pada dorongan id agresif yang menimbulkan kecemasan dan pada selanjutnya ego membentuk mekanisme pertahanan diri berupa pengalihan, dalam hal ini terwujud "harimau" dalam pengakuannya ketika diinterogasi polisi. Bila di korelasikan pada data 01, yang menjelaskan ada perasaan cemas dalam dirinya yang berhubungan dengan ego dari desakan id, sementara nalurinya berkata ingin membunuh, juga ada peran superego pada dirinya dalam anggapan bahwa membunuh itu adalah sesuatu yang memalukan atau amoral, hal itu ditekannya pada alam bawah sadar, dan egonya mendorong untuk mengalihkannya dalam bentuk sesuatu yang lain yaitu menganggap bahwa ada harimau di dalam tubuhnya. Pengalihan dalam teori psikoanalisis Freud menurut Jess Feist dan Gregory J. Feist (2014) adalah salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri dengan cara mengganti objek kateksis untuk meredakan ketegangan dengan proses kompromi antara id dengan realitas ego.
- Konflik antara id-ego yang membentuk pengalihan pada mekanisme pertahanan diri tokoh Margio
     Pertama-tama akan dianalisis bagaimana ego bekerja dari tokoh Margio lakukan ketika terjadinya peristiwa pembunuhan tersebut.
     Data 03:
     Ia mendekap erat Anwar Sadat, yang terkejut dan berusaha meronta, namun dekapan itu kuat di bawah lengannya, tangan Margio menjuntai ke atas merenggut rambut Anwar Sadat bikin kepalanya tak banyak kutik. Saat itulah Margio menancapkan gigi-giginya di leher kiri Anwar Sadat.... (Hlm.33)
     .....Margio kembali menyarangkan giginya ke rekahan merah gelap dan basah itu, ciuman kedua yang lebih mematikan dan dikuasai nafsu. Mengatupka rahang kuat, memperoleh segumpal daging di mulutnya, menyepahkannya ke lantai. Ia melakukannya kembali.... Ia hampir memenggalnya, menggergaji leher itu hingga batang tenggorokan Anwar Sadat telah tampak. (Hlm. 34)
     Dari data di atas, terlihat dalam pembunuhan itu, seakan Margio sedang kerasukan seekor harimau, dan bertingkah membunuh sadis dengan begitu rupa. Bila kita analisis menggunakan Psikoanalisis, yang terjadi adalah wilayah ego kehilangan alam kesadaran dan mewujudkan kehendak id dengan penuh. Ego melakukan eksekusi apa yang diinginkan id yang agresif. Konflik yang terjadi antara id, ego, dan superego sebelumnya dimenangkan oleh id, ego kehilangan kontrolnya dalam menahan id agresif, sementara superego kehilangan peran.
Selanjutnya penulis akan mengkaji, wujud harimau dalam diri Margio pada narasi yang bercerita kilas balik peristiwa pertama kali Margio melihat "harimau" dalam data berikut.
Baca juga: Memetik Pelajaran Berharga dari Novel "Lelaki Harimau" Karya Eka Kurniawan