Mohon tunggu...
Ayu Lestari
Ayu Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Nama : Ayu Lestari

Mahasiswa_Fakultas Tarbiyah_STAI AL-HIDAYAT LASEM

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya Seutas Percuma

26 Agustus 2022   09:50 Diperbarui: 26 Agustus 2022   10:00 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku, perempuan yang sedang beranjak dewasa dengan sangat abu-abu. Hidup berliku-liku menyusuri penat yang tiada henti. Sebut saja aku, Dini. Aku terlahir di keluarga sederhana. Ini ceritaku, saat masih di bangku SMK.


Aku alumni SMK Bakti Ceria 12. Aku mengambil jurusan Keperawatan. Dimana semuanya tentang etika, kode, tanda-tanda vital, disisi obat, pasien, dan lain sebagainya. Semuanya aku telateni, dan harus aku turuti. Dimana lelah dan bosan pun sering menghinggapi.

Hingga suatu masa, tibalah aku naik ke kelas XI (dua) SMK. Saat-saat tegang pun dimulai, praktek kerja lapangan di berbagai instansi pun ku lakukan. Beberapa lokasi yang diajak tersebut, aku mendapatkan tiga titik lokasi untuk PKL. Pertama, aku menempati Puskesmas Citayam 2, Panti Asuhan Marga Asih 1, Puskesmas Cilandak 2, dan Panti Jompo Mojotingkir.

Ya, semua bervariasi tantangannya. Berkelompokkan dengan orang yang tidak menyukaiku. Karena, ya. Aku adalah siswi cupu pada saat itu. Dijauhi, dibully, karena aku terlalu kaku, culun, dan membosankan. Itu menurut dia.

Singkat cerita, aku yang semula tidak pernah menaiki bus jurusan Citayam - Cilandak, aku beberapa kali di antar oleh ayah, ibu, maupun temannya ayah yang dulunya sangat dipercaya. Namun, tidak segampang itu, pahit.

Suatu ketika, aku dapat shift malam hari dua kali, betapa bingungnya aku. Bagaimana aku bisa berangkat malam hari seperti ini? Sedangkan ayah dan ibuku sangat khawatir kalau aku pergi sendirian.

"Din, kamu ga boleh ya berangkat sendirian. Takut ada apa-apa," sahut bapak.

"Lah, terus ayu naik apa pak?" tanyaku.

Bapak masih berpikir dengan tangan yang menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Sama temannya bapak saja, kamu juga kenal," jawab bapak.

Ternyata, om Santo lah yang akan mengantarkanku, membersamaiku naik bus malam hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun