Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Tempat, Hanya Kita yang Tahu

30 Maret 2023   05:37 Diperbarui: 30 Maret 2023   05:38 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zara Home|Pinterest

Pernahkah kita merindukannya? Di saat kita mencaci, dan saling membenci. Di saat kau mengikuti egomu, dan aku tak dapat mengalahkan emosi lainnya. Pernahkah sekali saja kita mengingat tentang sebuah tempat yang sekarang hilang entah ke mana?

Air mataku turun berderai-derai di sisi tubuh putri kita yang terpejam. Dia baru saja akan beranjak remaja dan mungkin akan menjadi gadis yang kuat. Kau mungkin tak percaya dia baru saja mulai menunjukkan kecantikan di wajahnya. Hanya saat dia lupa tentangmu dan berhenti bertanya dimana ayahnya.

Ya. Dulu dia selalu bertanya tentangmu dan begitu merindukan kehadiranmu. Selalu menyiapkan meja untuk kita bisa makan bersama. Namun kami harus terbiasa melewati rasa sepi hanya berdua. Hanya ibu dan putrinya.

Dia yang selalu berada di sisiku saat kau pergi meninggalkanku. 

Dia menghiburku dengan tingkah lucunya di masa kanak-kanak, dan mengobati lukaku dengan senyumnya. Bahkan saat seluruh tubuhku merasakan demam, hanya dia yang setia merawatnya.

Dia pun semakin tumbuh dan mengerti tentang cinta. Sebuah tempat dimana hanya ada orang-orang yang tulus yang menulikan telinganya dari suara ego. Seperti yang terjalin antara kami, tanpa sebuah rasa asing.

Dan bukankah dulu kita juga begitu? Saling menggenggam tangan menguatkan dan berkorban satu sama lain?

Cinta adalah sebuah tempat dimana kita pernah jatuh ke dalamnya. Kita merasakan karunia dari Sang Pemilik cinta hingga kita hanyut terbuai.

Namun di hari yang lain, kita meninggalkannya dan menjadi saling marah. Kita mencaci dan saling membenci. Di saat kau mengikuti egomu dan aku tak dapat mengalahkan emosi lainnya.

Air mataku turun berderai-derai di sisi tubuh putri kita yang terpejam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun