Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jangan Sakit di Hari Minggu

19 April 2020   06:26 Diperbarui: 19 April 2020   06:24 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu pagi ini sebenarnya badan Gendhuk sudah terasa panas. Sri dan Surakyat - kedua orangtua Gendhuk  -  berpikiran hanya demam biasa saja. Nanti diberi obat warung panasnya juga turun. Dan nyatanya memang begitu. 

Gendhuk, gadis kecil 9 tahun itu, siangnya sudah bermain dengan teman-temannya. Tapi saat malam panasnya naik lagi. Diberi lagi obat warung. Sampai tengah malam panasnya tetap belum turun, bahkan terasa makin tinggi. 

Mudah-mudahan pagi sudah turun. Tidak juga. Surakyat dan Sri cemas.

"Bagaimana nih, Pak?" Sri menatap suaminya. 

Surakyat tak menjawab. Dia sendiri juga tampak kebingungan. 

"Puskesmas hari Minggu kan nggak buka," Sri lagi. "Klinik, praktek dokter, juga banyak yang tutup. Kalaupun buka, bayarnya kan mahal."

"Rumah sak...?" suara Surakyat terhenti. 

Surakyat menyadari, berobat ke rumah sakit -  sekalipun rumah sakit pemerintah  -  tetap mengeluarkan uang yang tak sedikit. Baginya, yang sehari-hari sebagai pemulung, mendengar kata 'masuk rumah sakit' adalah sesuatu hal yang mengerikan. 

Dia juga tak punya kartu BPJS. Ia  bersama istrinya penduduk pendatang di daerah ini. Ada KTP, tapi itu KTP dari tempatnya berasal. Surakyat memang ada mendengar orang-orang seperti dirinya mendapat Kartu Sehat dari pemerintah, tapi ia tak mengerti mengurus hal-hal seperti itu. Lagi pula ia jarang tinggal lama di tempat asalnya. 

Kini anaknya sakit. Baru ia menyadari kalau kartu itu memang perlu. 

"Kita tunggu Senin besok saja, Gendhuk kita bawa ke Puskesmas," saran Sri, istrinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun