Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Musim-musim yang Berlalu, Musim-musim yang di Depan Mata

16 Januari 2020   22:27 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:40 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Pixabay.com.

Kemarin, kita telah banyak membuat cerita. Ada beberapa kita menjadi tokoh utama, dan sesekali kita menjadi penggembira untuk kisah yang dibuat sahabat kita 

Tapi yang lebih sering kita menjadi bukan siapa-siapa 

Kita sudah melalui bersama pohon-pohon yang daunnya meranggas tersapu kemarau, lalu turun hujan, tumbuh tunas-tunas, menumbuhkan harapan-harapan 

Mimpi-mimpi kembali menghijau 

Memang tak selalu seiring sejalan. Aku suka biru, tapi kamu suka warna merah jambu. Kamu suka film drama, aku suka film laga. Tapi satu hal kita sepakat, cerita cinta

: Kita

Maafkan kalau aku sering lepas tertawa, walau aku tahu kamu sering menyembunyikan air mata

Musim-musim di depan mata kita tidak tahu seperti apa. Cerita tentang musim-musim yang kering, atau mimpi-mimpi yang tenggelam mungkin akan kita temui kembali. Berputar-putar di lorong-lorong labirin, kembali ke tempat awal kita berdiri 

Kita berpegangan tangan saja, hingga lebih mudah menyingkirkan semak belukar yang menghadang di jalan. Selalu ada titik cahaya untuk orang-orang yang masih memegang asa

***

Cilegon, Desember 2019. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun