Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Semerbak Lavender di Kintamani: Bab Sepuluh

6 Oktober 2025   18:26 Diperbarui: 6 Oktober 2025   18:26 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Tisa menunjuk ke sebuah kursi berlengan di dekat perapian, apinya redup.

"Duduklah. Aku tidak ingin menunda momen ini. Beberapa hal membutuhkan kehangatan, tetapi juga kejelasan."

Anggun mengangguk, melepas syalnya dan duduk. Jari-jarinya tanpa sadar meluncur di atas sandaran tangan, mencari celah pada tekstur kain yang kasar.

Tisa menuangkan teh, perlahan dan hati-hati, membiarkan aroma kaya dari campuran itu memenuhi udara. Kemudian dia meletakkan teko, duduk, mengalihkan pandangannya ke Anggun - dan terdiam.

Keheningan itu bukannya canggung, tetapi seperti tarikan napas di antara dua pikiran. Baru setelah Anggun menyesap seteguk pertama, Tisa mulai berbicara. Suaranya tenang namun tegas, seperti suara laut saat tenang tanpa badai. Hanya napas.

"Aku berpikir lama, apakah aku harus memberitahumu apa yang kutahu," dia memulai. "Tidak semuanya indah. Dan tidak semuanya adil. Tapi banyak yang benar - bahkan jika kamu tak ingin melihatnya."

Anggun menatapnya. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi tatapan Tisa menahannya.

"Malini adalah wanita yang kuat," lanjut Tisa. "Lebih kuat dari yang sering dia yakini. Tapi dia mencintai. Dan dia kehilangan. Pierre bukanlah mimpi. Dia nyata. Dan dia ada di sini. Di pertanian ini. Sama seperti dirimu sekarang."

Anggun merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Seolah-olah sebuah jendela terbuka membiarkan cahaya dingin masuk.

"Mereka tinggal bersama?"

Tisa menggelengkan kepalanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun