Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Semerbak Lavender di Kintamani: Bab Delapan

4 Oktober 2025   18:18 Diperbarui: 4 Oktober 2025   17:50 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya...

Seminggu kemudian, Malini menemukan sebuah catatan kecil di jalan setapak. Dengan tulisan tangan yang rapi dan sedikit miring, tertulis,

"Je vous vois passer. Vous tes le vent du matin."

Aku melihatmu lewat. Kaulah angin pagi.

Dia tahu dia seharusnya tidak memungutnya. Bahwa itu berbahaya. Namun dia melipatnya dan memasukkannya ke dalam saku gaunnya.

Malam itu juga, dia tidak bisa tidur.

Dia pergi ke kebun, berdiri di antara pohon-pohon asam jawa, dan menghirup kegelapan. Angin beraroma laut dan tanah. Dan di antara keduanya, lavender.

Ayahnya pernah menanam tanaman itu di kebun belakang, secara iseng, menentang saran tetangga. Lavender bukan untuk daerah tropis, kata mereka. Namun tanaman itu tumbuh, berbunga, dan hidup.

Malini berdiri di sana, bertelanjang kaki, gaunnya di atas lutut, bertanya-tanya apakah pria ini---Pierre, seperti yang kemudian dia ketahui---akan membawa kemalangan baginya.

Atau sebuah kenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun