Anak-anak itu melepas ransel mereka, dan Sakti memberikan ranselnya kepada Gita untuk disimpan.
Sesaat pandangan mereka bertemu. Gita berbisik, "Hati-hati," yang dijawab Sakti dengan anggukan kecil dan senyum malu-malu.
Dengan hanya berbekal senter, kedua anak laki-laki itu mulai merangkak dengan tangan dan lutut mereka menuju pintu gua. Mando jauh lebih berpengalaman di semak-semak, tetapi Sakti melakukan apa pun yang dia bisa untuk tetap bersamanya.
Pintu gua itu kini berada tepat di depan mereka, hanya sebuah lubang gelap tetapi cukup besar untuk dilewati dua orang dewasa berdampingan tanpa kesulitan.
Sakti menatap Mando dan berbisik, "Kelihatannya kosong. Ayo masuk."
Mando mengangguk dan bangkit dari posisi merangkak.
"Kurasa kita tidak akan menemukan apa-apa," katanya keras-keras sambil menyorotkan senternya ke celah itu.
Angin sepoi-sepoi bertiup dari gua, tetapi dengan cepat berubah menjadi gemuruh kencang. Keduanya berdiri diam mematung.
Tiba-tiba cahaya ungu terang menyelimuti mereka, dan pemandangan di sekitar mereka berubah. Dinding gua yang kaku meleleh menjadi koridor-koridor bermandikan warna ungu.
Mando berkedip, mencoba menyingkirkan kabut di pikirannya, tetapi tubuhnya bergerak seolah-olah terkena hipnotis.
BERSAMBUNG