"Aku membantu di mana dia tidak bisa lagi mengerjakannya sendiri. Menanam, memangkas, mengeringkan. Dia tidak punya keluarga, tidak ada yang membantunya. Aku datang ketika ibuku sakit. Dan aku tinggal."
"Karena kamu merasa bersalah?"
"Tidak. Karena di sini, untuk pertama kalinya, aku merasa dibutuhkan."
Anggun menatapnya lama. Momen hening di antara mereka, penuh pertanyaan yang tak seorang pun tanyakan.
Lalu dia memejamkan mata, menghirup dalam-dalam aroma lavender lembap yang bercampur dengan udara laut yang terbawa angin.
Ketika dia membukanya lagi, langit tampak lebih cerah, lebih jernih. Awan mendung telah menghilang.
"Aku belum tahu apa yang akan kulakukan dengan kebun ini," katanya pelan. "Tapi aku ingin memahami apa yang ada di sini. Dan mengapa ini penting."
Maurice mengangguk perlahan. "Permulaan yang bagus."
Lalu dia mundur selangkah, mengambil tas berisi kertas-kertasnya, dan berbalik untuk pergi.
"Sampai jumpa lagi," katanya singkat, tanpa menoleh.
Anggun terdiam sejenak, tatapannya tertuju pada kebun.