Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ruang Tunggu Departemen Urusan Orang Meninggal

10 September 2025   08:08 Diperbarui: 9 September 2025   23:04 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Tidak sabaran. Itu adalah kata pertama yang digunakan kebanyakan orang untuk mendeskripsikan Anjati. Teman-temannya selalu menggodanya karena betapa mudahnya dia merasa kesal saat menunggu makanan di rumah makan. Yah, mereka menggodanya. Saat dia masih hidup, itulah yang terjadi.

Anjati sudah mati cukup lama dan sekarang dia rasa dia dikutuk di neraka pribadinya sendiri. Ruang tunggu terbesar di alam semesta, layaknya mengurus  perpanjangan surat keterangan penting dari kantor dinas pemerintah, atau surat keterangan lahir cerai mati waris di dinas kependudukan. Atau apa yang orang lain suka menyebutnya: api penyucian.

Anjati telah menunggu di tempat terkutuk ini selama bertahun-tahun. Dia terjebak dalam satu ruangan besar dengan dinding putih polos terang, dan deretan kursi lipat abu-abu yang jumlahnya tak terhitung banyaknya, menghadap satu-satunya pintu. Dan orang mati yang menempati kursi lain tidak membuat situasinya menjadi lebih baik.

Sesekali, seorang wanita bertubuh kecil yang judes  dengan suara sengau membuka pintu untuk memanggil salah satu dari mereka untuk diadili oleh malaikat, dan tentu saja sama sekali tidak ada panggilan untuknya melakukan hal ini. Dia telah melihat begitu banyak orang datang dan pergi. Setiap kali seseorang yang baru berada di sini selama beberapa hari sudah dipanggil, Anjati kehilangan akal sehatnya lagi.

Dia membiarkan dirinya terlalu berharap setiap kali wanita judes itu membukakan pintu, dan setiap kali pula dia dikecewakan lagi. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelah seseorang melewati pintu itu, dan tidak ada yang pernah kembali untuk memberi tahu dia.

Beberapa orang di sini sangat takut dengan apa yang ada di balik pintu sehingga mereka membuat kehebohan besar begitu nama mereka dipanggil. Wanita tersebut bahkan harus menyeret beberapa orang dari tempat duduknya setelah mereka memohon dan memohon agar dibiarkan sendirian.

Mengapa mereka ingin tinggal di sini lebih lama lagi berada di luar jangkauan logika Anjati.

Dia tahu adalah surga atau neraka yang akan dia hadapi begitu dipanggil, tetapi dia tidak peduli ke mana pun dia akan pergi saat ini. Anjati hanya ingin terbebas dari ruang tunggu dan kursi abu-abu yang tidak nyaman itu. Setiap detik yang mengerikan terasa berjalan lebih lambat dibandingkan detik-detik sebelumnya, dan dia masih tetap menunggu.

Wanita itu membuka pintu lagi. Dianella memutar bola matanya dan menatap kembali tangan di pangkuannya. Dia sudah lama berada di sini, dan tidak tahu kapan akan dipanggil.

"Anjati Niza!" dia berteriak. Anjati mendongak kembali menoleh ke pintu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun