Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mediasi tentang Kebencian dan Budaya Pengenyahan (3)

10 Juli 2025   00:00 Diperbarui: 9 Juli 2025   21:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Ini bukanlah pengunduran diri, melainkan cara untuk secara efektif mendudukkan tubuh di kursi residu, mengangguk ke kiri atau ke kanan, sehingga sesaat penumpang lain menyesal karena tidak mengambil tempat yang jelas-jelas dianeksasi. Mungkin 'ku tak terlalu cenderung melangkah lebih jauh dari zona nikmat, seolah-olah melepaskan yang tak diketahui, demi komplikasi yang lebih besar dan lebih memusingkan, sama saja dengan membuat katalog kemajuan kecil yang memungkinkan setiap hari, sampai-sampai ini pun mudah dilupakan seperti daftar tugas yang harus diselesaikan beberapa bulan lalu, namun ditemukan sore ini, di bawah permukaan meja yang dianggap lebih penting, atau setidaknya lebih menunjukkan urgensi. Detail yang bersandar relaksasi dalam redundansi.

Planet Bekasi, 9 Juli 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun