Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

CMP 141: Pasir Pantai Panas

14 April 2024   09:18 Diperbarui: 14 April 2024   09:39 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dik. pri. Ikhwanul Halim

Aku tertawa sambil menggaruk daguku. Jenggot yang berumur satu hari menempel di situ.

"Bukankah kita pernah membicarakan hal ini sebelumnya?"

"Kita membicarakan tentang cuaca saat pertama kali bertemu," kenangku sambil mengaitkan jari-jarinya ke jariku. Tangannya kasar, kukunya bersih dipotong pendek. "Kita tidak tahu apa yang harus dibicarakan selain panas terik di sini dan lembap Pangandaran."

"Berubah dengan cepat."

Senyumannya membuatku tetap di tempat. Aku membalas senyuman itu, mengingat.

Ini adalah percakapan singkat sebelum aku harus kembali melayani pelanggan. Mengucapkan selamat tinggal, dia menghadap ke arahku.

"Bagaimana kabar Malik?"

"Baik. Tapi..." Matanya menjadi gelap saat dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Kami berpisah lebih dari setahun yang lalu. Kami hanya..."

Mata kami bertemu. "Dia bukan orang yang tepat untukku."

Vivi berhenti sejenak, menarik napas. "Mungkin kita bisa bertemu malam ini dan membicarakan kelembapan lagi."

Aku mengangguk, tenggorokanku tercekat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun