Aku tertawa sambil menggaruk daguku. Jenggot yang berumur satu hari menempel di situ.
"Bukankah kita pernah membicarakan hal ini sebelumnya?"
"Kita membicarakan tentang cuaca saat pertama kali bertemu," kenangku sambil mengaitkan jari-jarinya ke jariku. Tangannya kasar, kukunya bersih dipotong pendek. "Kita tidak tahu apa yang harus dibicarakan selain panas terik di sini dan lembap Pangandaran."
"Berubah dengan cepat."
Senyumannya membuatku tetap di tempat. Aku membalas senyuman itu, mengingat.
Ini adalah percakapan singkat sebelum aku harus kembali melayani pelanggan. Mengucapkan selamat tinggal, dia menghadap ke arahku.
"Bagaimana kabar Malik?"
"Baik. Tapi..." Matanya menjadi gelap saat dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Kami berpisah lebih dari setahun yang lalu. Kami hanya..."
Mata kami bertemu. "Dia bukan orang yang tepat untukku."
Vivi berhenti sejenak, menarik napas. "Mungkin kita bisa bertemu malam ini dan membicarakan kelembapan lagi."
Aku mengangguk, tenggorokanku tercekat.