Di sana Kakek berbaring. Dia bisa saja tertidur. Kakek benar-benar terlihat seperti sedang terlelap. Meski sedikit membengkak. Dadanya tampak kokoh untuk pria tua yang sudah meninggal.
Kakek hampir tersenyum. Kakek selalu berhasil melihat humor dalam situasi apa pun. Itu adalah sesuatu yang diwarisi Kenny. Wajah inilah, sekarang tak bernyawa, yang membesarkan cucunya.
Ketika Kenny berusia enam tahun, wajah berkacamata Kakek menjulang tinggi di wajahnya. Dia baru saja menemukan Kenny di lantai kamar tidur dengan kotak P3K terbalik di sampingnya. Bibirnya seputih kapur.
"Aaaaa," kata Kakek. "Buka mulutmu. Aaaa."
Kenny membuka mulutnya untuk menampakkan bubur putih di lidahnya. Dia membuka kepalan tangannya untuk memperlihatkan bungkus obat diare. Mata Kenny mulai berair.
Kakek telah menangkap basah perbuatannya.
Kakek tertawa terbahak-bahak dan mengulurkan tangannya agar dia bisa berdiri. Nenek Kenny kemudian mengobatinya dengan pembersih dubur untuk meredakan sembelit Kenny.
Saat ini, Kenny memperhatikan kotak yang terletak dekat peti mati. Sepupunya memberitahunya bahwa di dalam kotak itu ada uang kimcoa yang akan digunakan Kakek di dunia roh. Kenny memutar matanya. "Serius?"
Dia mengalihkan pandangannya ke sudut. Nenek duduk dikelilingi oleh para penghibur. Matanya kembali ke Kakek.
***