Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Semua Dahulu Kala

18 Februari 2023   06:13 Diperbarui: 18 Februari 2023   06:28 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahulu kala ada sebuah labu, yang diseret pulang oleh seorang pelayan dapur pada dini hari dan dipanggang menjadi pai untuk disajikan saat sarapan kepada keluarga tirinya.

"Apa yang kamu gunakan untuk bumbu?" tanya seorang saudari tiri. "Rasanya seperti pasir jalanan!" yang lain mengumumkan.

"Aku membumbuinya dengan harapan dan jantung yang berdetak kencang," bisik pelayan dapur. "Aku mempermanisnya dengan khayalan membalas dendam dan kemenangan baik yang benar maupun yang kecil. Rasanya seperti melarikan diri dan kecepatan dan jam malam diuji dan dipatahkan. Juga kayu manis. Hanya sebuah petunjuk."

"Bicara apa itu?" tanya saudara tiri.

"Makanlah hari liburmu. Maksudku barang bukti. Maksudku pai." kata pelayan dapur. "Sebelum dingin."

***

 Dahulu kala ada seekor tikus yang bersumpah bahwa dia telah menjadi seekor kuda selama satu malam.

"Kamu seharusnya melihatnya!" dia mencicit. "Menarik kereta yang dulunya adalah labu! Batu-batuan berdenting di bawah kakiku yang perkasa! Kucing dan anjing lari serabutan agar tidak terinjak!"

Tikus-tikus lain memutar mata mereka dan berkata, "Gus, apakah kamu akan membantu kami memutuskan apakah akan memasang lonceng pita pada kucing atau tidak?"

***

Dahulu kala ada seorang Raja dan Ratu yang sangat tidak yakin dengan pilihan hidup putra mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun