Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: I. Terdampar (Part 30)

9 Januari 2023   23:28 Diperbarui: 9 Januari 2023   23:31 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Apa? Kita akan berayun melintasi jurang ? Kamu pasti ngigau! Kamu yakin satu laba-laba itu tidak menggigitmu?"

Tiwi menoleh ke belakang dan terkesiap. Pasukan pemburu yang gesit masih menguntit dan mengejar mangsanya, mungkin menghitung mundur detik sampai mereka bisa menancapkan taring mereka ke dalam badannya. Dibungkus seperti mumi dan darahnyadisedot sampai kering jelas bukan pilihan.

Dia mencengkeram sulur anggur dan berdoa agar tidak putus, berharap rencana gila Miko akan berhasil.

Zaki menarik napas dalam-dalam dan mengenakan kembali kemejanya. "Siap?"

Meski kakinya gemetar, tapi Tiwi tak mau mengaku bahwa dirinya takut. Miko dan Zaki mengharapkan dia untuk menjadi kuat, seperti salah satu dari mereka. Dia mengusap dahinya dan mengangguk, siap melakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa mereka.

***

Butir-butir keringat bercucuran di wajah Tiwi. Dikejar oleh laba-laba dan berayun melintasi ngarai bergantung pada batang anggur yang bisa patah setiap saat membuatnya 'gelisah' ke tingkat yang belum pernah dirasakannya. Itu akan menjadi lompatan sepenuh iman ... secara harfiah.

Zaki mencengkeram pohon anggur dengan erat sampai buku-buku jarinya memutih. Dia menariknya dengan keras dan kemudian berbalik menghadap Tiwi. "Ini akan menahan berat lu," dia meyakinkan Tiwi.

Bibir Tiwi menyatu membentuk garis tipis. Zaki meremas tangannya untuk meyakinkan. "Lu pasti bisa."

"Tentu saja aku bisa," bisik Tiwi. Dia mengangguk dan melirik dari balik bahunya untuk terakhir kalinya. Hanya beberapa meter  ratus mata memelototinya, dan dalam sekejap, laba-laba melompat. Dalam satu gerakan sigap, dia mencengkeram sulur anggur, menjejak, dan mengayunkan di udara. Hembusan angin sejuk menerpa wajahnya, suaranya menderu di telinga. Gesekan sulur dan derit dahan karena tekanan berat badannya membuatnya mengerang.

Kalau sampai benda di tangannya putus atau patah ...

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun