Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mitos tentang Marah

8 Januari 2023   21:05 Diperbarui: 8 Januari 2023   21:12 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat kasus Jenderal Polisi yang nembak (beneran) ajudan dengan alasan marah karena istrinya dilecehkan? Atau menteri yang suka ngamuk dan tantrum ke anak buah? Atau mantan gubernur yang suka memaki-maki dengan kata-kata jorok ke warga termasuk nenek-nenek?

Marah adalah salah satu emosi yang paling kuat, namun disalahpahami. Sayangnya, kesalahpahaman tentang kemarahan menyebabkan banyak perilaku disfungsional.

Apa saja mitos tentang marah?

1. Marah adalah emosi negatif.

Tidak salah untuk merasa marah. Kemarahan adalah emosi yang normal dan sehat. Faktanya, banyak hal baik yang berasal dari kemarahan.

Semua emosi dasar diperlukan dan terprogram. Emosi adalah salah satu cara tubuh mengomunikasikan kebutuhannya. Tapi itu tidak berarti kita harus bereaksi secara otomatis. Saat kita mendapat perasaan itu, kita bisa merespons dengan cara yang lebih efektif dan membalikkan keadaan.

Banyak ketidakadilan sosial yang ditanggapi oleh orang-orang yang menjadi marah. Bagaimana jika para pendiri Bangsa tidak pernah merasa marah karena penjajahan? Perasaan marah dapat menyebabkan perubahan positif.

2. Marah sama dengan agresif.

Banyak orang yang menyamakan marah dengan perilaku agresif. Meskipun merasa marah itu sehat, perilaku agresif tidak. Ada banyak cara sehat untuk mengatasi kemarahan yang tidak menggunakan ancaman atau kekerasan.

Saat kita marah, pemikiran kita mungkin akan membenarkan apapun. Sulit untuk memecahkan masalah ketika pikiran dibajak oleh emosi. Kamu mungkin mengatakan pada diri sendiri: 'Dia membuatku marah', dan membenarkan sifat agresif kamu. Itu tidak bisa dibenarkan dan lebih buruk lagi, itu tidak membantu.

3. Manajemen amarah tidak ada gunanya.

Ketika orang tidak memiliki keterampilan untuk mengelola amarahnya, emosi dapat menyebabkan masalah di semua bidang kehidupannya. Banyak masalah hubungan, masalah karir, dan masalah hukum diakibatkan oleh ekspresi marah yang tidak sehat.

Kelas dan terapi manajemen amarah bisa menjadi alat yang sangat ampuh yang membantu seseorang mengurangi ledakan amarah. Terapi kognitif-perilaku telah terbukti menjadi pengobatan yang efektif untuk masalah manajemen amarah.

4. Kemarahan hanya ada di dalam kepalamu.

Kemarahan melibatkan lebih dari sekadar pikiran. Pikirkan tentang terakhir kali kamu merasa sangat marah. Kemungkinan detak jantung meningkat, wajah memerah, dan tangan gemetar.

Amarah membangkitkan respons fisiologis, dan respons itulah yang sering memicu pikiran marah dan perilaku agresif. Mempelajari cara merilekskan tubuh dan pikiran  adalah kunci untuk mengurangi ledakan amarah.

5. Melampiaskan amarah akan membuatnya 'lepas'.

Meninju sansak, membanting piring-gelas, atau berteriak sekeras-kerasnya tidak benar-benar 'melepaskan' amarah yang terpendam.

Alih-alih menenangkan, itu hanya membuat kekacauan yang lebih besar yang sulit dipadamkan.

Penelitian menunjukkan, melampiaskan amarah justru memiliki efek sebaliknya.

6. Mengabaikan kemarahan akan membuatnya hilang.

Menekan amarah juga tidak sehat. Tersenyum untuk menutupi rasa frustrasi, menyangkal perasaan marah, atau membiarkan orang lain memperlakukan kamu dengan buruk dalam upaya menjaga kedamaian dapat menyebabkan kemarahan mengarah ke dalam jiwa dan raga. Kemarahan yang ditekan telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental, mulai dari hipertensi hingga depresi.

Mengabaikan perasaan amarah, merampas kesempatan kita untuk memeriksa apa yang salah dan gagal memperbaikinya.

Marah bukanlah masalahnya. Masalahnya adalah masalah.

7. Marah adalah sesuatu yang dapat dikendalikan.

Kita tidak bisa 'mengendalikan' emosi. Yang dapat kita lakukan adalah dapat mengatur respons kita terhadap emosi. Seperti gelombang di lautan, emosi  naik dan turun. Belajar memperhatikan ritme alami sensasi tubuh membantu untuk mengelola emosi yang kuat.

8. Ada manusia yang lahir dengan sifat pemarah dan tidak bisa diubah lagi.

Perasaan marah yang tertahan disebabkan oleh kejadian yang seringkali tidak terlihat atau terlupakan dan tidak ada hubungannya dengan 'alasan' mengapa kita marah.

Ada banyak cara untuk mengatasi perasaan yang intens ini: Latihan pernapasan, konsultasi dengan teman, menulis diary, main dengan hewan peliharaan, jalan-jalan, serta terapi dapat membantu untuk memperkuat sisi diri yang penuh kasih, tenang, dan percaya diri.

9. Untuk dihormati perlu mengintimidasi orang lain.

Dibesarkan oleh ortu atau lingkungan yang menindas, mungkin secara naluriah perbuatan merundung membuat orang tersebut lebih baik dari yang dirundung. Dia mungkin merasa perlu bersuara lantang dan marah agar orang mau mendengarkan.

Apakah orang akan hormat karena takut? Jangan tiru politisi pemarah. Marahnya mereka menunjukkan ketidakmampuan dan kebodohan.

 

10. Menghadapi orang yang marah dengan balas marah akan membuat dia tenang

Sama saja memadamkan kebakaran dengan menyiram bensin. Kemarahan biasanya memicu kemarahan pada orang lain karena neuron cermin di otak kita. Mungkin membuat seseorang mundur untuk sementara, tetapi hanya seperti api yang dibelokkan, siap menyala menjadi dendam dalam situasi dan kondisi yang tepat.

11. Pria lebih pemarah daripada wanita.

Secara konsisten, penelitian menunjukkan bahwa pria dan wanita mengalami volume amarah yang sama, hanya cara mengungkapkannya yang berbeda.

Pria lebih cenderung agresif dan impulsif dalam mengekspresikan kemarahannya, sedangkan wanita lebih cenderung menggunakan pendekatan tidak langsung, seperti menjauh atau memblokir seseorang dari kehidupannya.

Cara Sehat Mengatasi Kemarahan


Cara terbaik untuk mengatasi amarah adalah menemukan cara yang sehat untuk mengungkapkannya.

Mengubah kemarahan menjadi sesuatu yang konstruktif, seperti dengan menciptakan perubahan positif atau menanggapi dengan tegas, adalah cara terbaik untuk mengatasi emosi marah.

Namun, sebelum dapat mengekspresikan emosimu, kamu perlu memahami dulu apa dan bagaimana perasaanmu itu. Berlatihlah mengetahui penyebab dan apakah kamu merasa frustrasi, kecewa, atau benar-benar marah.

Perhatikan tanda peringatan dini ketika kamu semakin marah. Ambil time out untuk menenangkan diri sebelum amarahmu meledak.

Healing, kek, shopping, kek. Tarik napas dalam-dalam untuk menenangkan tubuh dan pikiran.

Setelah lebih tenang, ambil langkah untuk secara aktif memecahkan masalah dan ekspresikan diri dengan cara yang lebih produktif. Meningkatkan kecerdasan emosional dapat mencegah kamu mengatakan dan melakukan hal-hal yang nantinya malah jadi penyesalan.

Bandung, 8 Januari 2023

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun