Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (XII)

26 November 2022   12:00 Diperbarui: 26 November 2022   12:07 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"T-tidak. B-bukan kalian," kata Musashito.

Suara si tua itu bergetar ketakutan, sesuatu yang belum pernah didengar Malin sebelumnya, membuat sendi-sendinya lemas, membuat lututnya menggigil. Dengan bunyi gedebuk, Malin jatuh ke tanah.

Suara lemah Lalika memecahkan semua kekacauan, sejelas langit samudara di waktu dini hari setelah badai. "P-panggil mereka, Kordalika. Suruh mereka pergi dari Malin."

Dan mendadak saja, bayang-bayang hitam meninggalkan wajahnya. Malin mendesis tersedak karena udara tiba-tiba mengalir ke dadanya, jantungnya memompa darah untuk mengantarkan oksigen ke otaknya, tapi dia memaksakan diri untuk merangkak dengan tangan dan lututnya. Memegang tepi meja, dia menarik dirinya ke atas dan berdiri meringkuk di atas meja peramu tuak, terengah-engah.

Dia meludah dan menggeram, melotot menatap kekacauan di bawah kakinya, lalu pada si Manusia Insang.

"Kamu akan membayar mahal untuk ini."

BERSAMBUNG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun