"Tidak apa-apa. Kita punya sisa umur hidup kita untuk bersebadan, bahkan sesegera mungkin nanti malam, kalau kamu mau."
"Kita lihat nanti. Ini sangat aneh, dan aku tidak perlu terlalu sering berurusan dengan hal semacam ini."
Sedikit tertekan, Johan perlahan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke pintu. Pikirannya melayang ke malam itu dan dia berharap dia akan merasa lebih baik. Hanya dengan bersama Ratna hidupnya akan jauh lebih baik. Dia harus membuat dirinya tetap ceria, dan dengan begitu Ratna akan merasa lebih baik.
Saat mereka hendak menutup pintu, telepon kembali berdering. Menatap mata Ratna, dia melihat dengan tepat apa yang harus dia singkirkan. Berjalan melintasi ruangan ke telepon, ketenangannya rusak ketika telepon berhenti berdering saat dia mengangkatnya.
"Persetan!" Johan berteriak ke telepon.
"Ayo, Johan. Ayo pergi dari sini. Setelah kita makan, kita akan pergi ke tempatmu saja. Kurasa aku akan merasa lebih baik di sana."
"Baik!" Johan menjawab dengan amarah yang masih meledak. "Bagus. Telepon di sana nanti kumatikan juga, percayalah!"
BERSAMBUNG