Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Batas-Tak-Bertuan (VIII)

17 November 2022   17:30 Diperbarui: 17 November 2022   17:32 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Meski Malin tidak ingin mengakuinya, tetapi cerita Alira tampaknya menjanjikan. Dia meletakkan tempayan berisi madu di depan Lalika, sambil menyorongkan batok berisi tuak yang paling ke depan si Gadis Duyung. Kalau tidak, Lalika akan kehabisan napas sebelum menyelesaikan dua kalimat lagi, dan itu pasti sebelum berhasil menuntaskan ceritanya.

Dia meregangkan bibirnya ke satu sisi untuk menahan tawa dan kembali mengiris-iris kembang kol sebesar kepalanya. "Lanjutkan, atau pergilah."

Si Manusia Insang mengangkat batoknya, menyesap setidaknya setengah isinya, menjilati bibirnya dan bersendawa sekeras bunyi kentut paus. Sesaat udara berbau udara laut yang amis membusuk, kecut dan pahit.

"Selama enam generasi, keluargaku bertahan di Werlang. Lingkungan yang baik dan kuat. Sebagian besar dari apa yang tersisa dari Penghirup Air dan campuran yang dari manusia manusia puak Dunia Timur lainnya. Tidak ada darah murni yang berasal dari Dunia Barat seperti Lalika ini, tetapi beberapa di antaranya nyaris."

Malin mengambil sisa jangkrik dari pemanggang dan menempatkannya ke dalam mangkuk yang diletakkan di antara dirinya dan Lalika. Dia melempar satu ke dalam mulutnya, menikmati semburan cairan kental yang bercampur dengan daging renyah yang dibumbui. Jangkrik sama enaknya dimasak atau dikunyah mentah.

Dia menjauhkan camilan itu dari jangkauan si Napas Insang. Malin tak peduli, dia tidak suka caranya menarik perhatian Lalika memperhatikan cara dia menatap Lalika atau cara Lalika menyimak kisahnya. Alira telah mengganggu dunianya. Dia harus pergi, dan segera. Namun celotehannya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

"Rumput laut dan ganggang sangat manis dan berlimpah," kata si Manusia Air. "Sama sekali bukan kehidupan yang sulit. Tidak di mana kami berada. Sebuah danau dalam yang membentang luas dari lapisan bebatuan di antara dua pegunungan yang menjaga cuaca tetap stabil. Gunung-gunung itu melindungi kami, menopang kami. Meski tanah lembah mulai berkurang kesuburannya dan tak lama lagi akan kering gersang, lalu orang-orang harus mulai berpindah. Tapi saatnya belum tiba."

Tangannya mencoba meraih jangkrik panggang, tapi lagi-lagi ditepis Malin.

Sambil meringis, dia menarik napas dan bersendawa sepenuh rasa, menyedot udara di sekitarnya.

Mengipasi tangannya di depan hidungnya yang lebar, Malin memasang tampang cemberut. Manusia Insang itu akan membuatnya bangkrut jika dibiarkan. "Langsung saja." Dasar pecandu tuak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun