Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Penyihir Kota Kembang: XI. Gambit Menteri (Part 2)

5 November 2022   17:00 Diperbarui: 5 November 2022   17:10 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nira menurunkan laras pistol dari dahinya lalu menjilat bibir sebelum berkata. "Aku mendapat bantuan. Bantuan dari kelompok lain, di sini, di Bandung ini. "

"Siapa?" Suara Agung sedingin udara Puncak. "Siapa yang membantumu?"

"Mereka kelompok penyihir terkenal," jawab Nira sambil menyandarkan ounggungnya kembali ke kursi. "Dikenal karena haus darah dan pembantaian yang tidak perlu. Mereka telah melakukan banyak hal untuk menghancurkan dunia kecilmu ini. "

"Siapa mereka?"

Nira tersenyum. "Mereka dikenal dengan banyak nama," katanya, "tapi yang paling populer adalah KOHIRKOBANG. Komunitas Penyihir Kota Kembang. Mereka membantuku mengikat adikmu sementara aku membunuh dan memutilasi tubuhnya. Tangkap mereka dulu, dan aku akan menyerahkan diriku, dengan senang hati. "

"Aku bisa menangkapmu sekarang," sergah Agung dengan suara serak.

Nira mengangkat bahu. "Mungkin. Tapi kamu tidak akan dapat membawa seluruh pelaku pembunuhan adikmu ke pengadilan. Aku punya mata-mata di antara mereka, dan aku tahu azimat gelap, mantra terlarang apa yang dapat mengalahkan sihir mereka."

Jari Agung melekat di pelatuk, dan dia merasakan betapa besar hasratnya untuk menarik tuas kecil itu. Betapa inginnya dia.

"Itu langkah awal," ujar si penyihir sambil menatap ke papan catur kembali. "Mengorbankan pion untuk ratu." Dia menatapnya. "Mengorbankan yang kecil untuk sesuatu yang lebih besar. Apa yang akan kamu lakukan?"

Pistolnya tak pernah meletus. Agung menjawab, "Aku ingin kamu tahu bahwa jika kamu mengkhianati aku, aku akan berbuat jauh lebih buruk daripada apa yang kamu lakukan terhadap Mara."

Nira tersenyum. "Aku yakin kamu akan melakukannya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun