"Boleh juga, Dr. Awang Dermawan."
"Bagaimana kalau memanggilku Cik Awang saja, aku tidak suka formalitas, dan kupikir kita sudah cukup mengenal satu sama lain."
"Baiklah. Terima kasih untuk sodanya, Cik Awang."
Awang berjalan ke kamar tidur dan segera kembali dengan topi Bagas. Reaksi perubahan Bagas sangat dramatis saat melihat topinya. Dia bukan lagi anak yang sengsara dan gemetar yang baru saja ada di sana.
Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan anak laki-laki itu, Awang senang melihat perubahannya. Menjelaskan bagaimana itu bisa sampai ke tangannya, Awang senang Kuntum tidak ada di sana sehingga dia bisa membawa sedikit lebih banyak rasa takut akan rumah duka ke dalam diri anak itu. Anak-anak harus menjauh dari tempat itu demi kebaikan mereka sendiri, seperti yang dia lakukan. Setelah Bagas pergi dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan kebahagiaan, satu hal yang cukup pasti. Mulai detik itu, Bagas akan mengikuti saran Awang dan menjauh dari rumah duka.
BERSAMBUNG