Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

CMP 62: Hari demi Hari

9 Oktober 2022   07:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   06:58 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidur di sebelah Tyas seperti merasakan gempa bumi terus menerus. Namun jika bergerak tanpa henti membantu mengurangi rasa sakitnya, Opik tidak keberatan. Terkadang, di tengah malam, tubuh Tyas terdiam sebelum akhirnya tertidur nyenyak. Kemudian Opik bisa santai juga.

Saat ini getaran kecil menembus otot-ototnya. Dia membelai rambut Tyas dengan jari-jarinya dengan tekanan paling lemah dan melirik jam.

6:57. 

Tiga menit lagi dan alarmnya akan berdering. Tyas akan menyelinap ke kamar mandi, dan Opik akan menutup matanya sebentar.

Setelah bunyi bip pertama, tubuh Nina terdiam, dan dia merasakannya perlahan menghembuskan napas. Bukan untuk pertama kalinya dia berharap bisa menghilangkan sakit yang dirasakan Tyas, bahkan jika itu berarti memindahkan rasa sakit itu ke dirinya.

Tyas turun dari tempat tidur, mematikan alarm. Menggeliat, menggotangkan leher, dan mengangkat bahu mengiringi gerakan kakunya menuju pintu kamar mandi.

Rutinitas yang sama setiap hari.

Kali berikutnya mata Opik terbuka, Tyas berdiri di dekat lemari hanya dengan handuk. Kemudian setelah itu dia berpakaian lengkap, mengambil kunci dan kartu identitasnya, dan apa pun yang dia perlukan hari ini. Tapi ada yang terlupakan.

Opik menyipitkan mata, memaksa otaknya yang lamban untuk bekerja. Dia mengangkat siku untuk melihatnya lebih jelas. "Sekali sebelum berangkat kerja?"

Tyas berbalik menghadap ranjang. Kebingungan mengerutkan alisnya sejenak, sampai dia melirik pakaiannya. Tinjunya mengepal, dan bahunya terangkat, tegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun