Rano menatapnya dan menggelengkan kepalanya. "Aku rasa aku melihatnya beberapa hari ini." jawabnya. "Apakah dia adikmu? Kalian berdua mirip, aku tidak bisa menjelaskan"
"Ya. Adik perempuanku," jawab Bini.
Dia berjalan keluar sementara gadis itu mengikutinya dari dekat. Gadis itu berbalik dan melambai pada Rano. Dia membalas dan mengarahkan pandangannya kembali ke ponsel.
Memutuskan untuk berjalan kembali ke halaman belakang untuk mengambil sesuatu, dia mendengar Linda dan emaknya bergosip.
"Apa pendapat Emak soal Mama Rano?" Linda bertanya pada emaknya.
Linda mengoyangkan ulekan batu untuk melumatkan cabai merah dengan penuh semangat, sementara emaknya mengaduk sepanci sup dengan sutil kayu. Dia mengeluarkan sendok dari panci dan menjatuhkan beberapa tetes kuah ke telapak tangannya, lalu mencicipinya dengan bibir berkeciap.
"Aku rasa dia punya banyak waktu luang sekarang. Bentar lagi bakalan pindah ke apartemen yang lebih bagus bareng suami muda. Kasihan almarhum suaminya."
Linda meletakkan batu ulekan dan matanya menoleh keluar dapur umum untuk memeriksa apakah ada orang yang menguping. Rano mundur perlahan dan bersembunyi, lalu berjingkat kembali ke bangku tempat dia duduk. Dia menggigit bibirnya karena marah, dan matanya terus menatap ke arah dapur.
"Gue kirain cuman gue doang yang punya pikiran begitu, Mak," terdengar suara Linda membalas emaknya.
BERSAMBUNG