Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Rusunawa (Bab 29)

1 Oktober 2022   09:00 Diperbarui: 1 Oktober 2022   09:07 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Suti jauh lebih luwes, dan dengan teman-temannya dia akan berbicara dengan logat lokal karena mereka tidak mengerti bahasa Indonesia bakunya.

Ketika Suti mencoba menjelaskan sesuatu kepada seorang perempuan yang menjual sesuatu di pusat rusunawa, perempuan itu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Neng, jujur aje, aye kagak ngarti si Eneng ngomong ape. Aye kagak sekolah, Cuma pesantren, entu juga anem bulan doang."

Suti tertawa dan beralih ke logat Betawi. Anak-anak di sekitarnya menertawakan intonasinya. Dia mengucapkannya perlahan-lahan karena takut keliru.

Rano kini yakin bahwa Bini berbicara dengannya. Kadang-kadang dia mendengar Bini berbicara dalam bahasa Indonesia, dan menduga bahwa perempuan itu berpendidikan, tidak seperti semua orang dia dengar berbicara dengan logat aneh.

Rano merasa dia bebas berbicara dengannya, dan ingin lebih berhubungan dengannya. Bini akan menerimanya sebagai warga rusunawa tetapi juga sebagai seorang remaja laki-laki yang dewasa, bukan lagi sebagai seorang remaja laki-laki yang naif yang akan berlari untuk bermain-main dengan siapa pun.

Darah Bini mendidih dan untuk meredakan emosinya dia mengembuskan napas panjang.

Apa yang aku inginkan untuk anakku sebagai anak pertama yang masuk universitas sehingga aku bisa sesumbar ke orang-orang bodoh ini, anak ini telah melakukannya, kata hati Bini dalam benaknya.

Anaknya bersekolah di SD favorit di selatan dan dia selalu menyombongkannya. Sopir antar jemput meminta agar anaknya menunggu setiap pagi di jalan utama di luar rusunawa, tapi Bini menolak. Jalan sempit bergelombang yang menuju ke komplek rusunawa membuat mobilnya berguncang hinga oleng, membuat para siswa berteriak ketakutan.

"Saya sudah membayar uang transportasinya dan kamu harus menjemputnya sampai ke depan pintu. Atau haruskah saya memindahkan anak saya dari sekolah kamu?" Bini mengamuk dengan penuh amarah.

Sopir bus menenangkannya dan mengikuti keinginannya. Jika Bini melaporkannya ke pengurus sekolah, dia akan dipecat padahal pekerjaan itu memberinya gaji bulanan tetap yang lumayan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun