"Jawab aku! Kalau ada yang mengejar kita, kami harus tahu!" teriak Palupi marah.
Janar berbalik menghadap Palupi dan melontarkan tatapan tajam. "Biarkan dia. Tidakkah kamu lihat dia terluka? Yang dia butuhkan saat ini adalah pengobatan."
"Baiklah. Bawa dia ke Resi Umbara, tapi kita akan melanjutkan percakapan ini ketika dia sudah lebih baik," balas Palupi.
***
Tak lama kemudian, Keti berbaring di atas tikar dengan teman-temannya berdiri di sekelilingnya, menatapnya dengan khawatir saat dia merintih kesakitan. Janar duduk di sisinya komat-kamit berdoa kepada para dewa memohon agar Keti segera pulih.
 "Jangan terlalu banyak bergerak untuk saat ini. Anda beruntung bahwa Anda hanya satu tulang rusuk saja yang patah," kata Resi Umbara sambil mengoleskan param kental yang baunya menyengat pada memar di dadanya. "Ini akan segera menyembuhkan Anda".
"Pandita resi akhirnya membuktikan baha dirinya ada gunanya juga," kata Ubai sambil menatap Palupi.
Palupi mendesis dan berjongkok di samping Keti, "Sekarang, apakah kamu siap untuk berbicara? Siapa pria bertopeng itu?"
Keti menatap kosong ke langit-langit, tidak menanggapi pertanyaan Palupi. Tapi Palupi tak berhenti begitu saja.
"Kapan pun ada masalah, kita hadapi bersama. Kita semua karena ini bukan misi orang per orang. Kita semua bersama-sama. Satu untuk berlima, lima untuk satu. Kita merupakan kelompok."
Keti mengalihkan pandangannya ke Palupi sambil memamerkan giginya. "Jangan salah paham, aku bergabung karena aku ingin mendapatkan pengampunan. Kalau aku ingin berteman, aku bisa menetap di sebuah desa kecil yang ramai dan tinggal di sana."