Mohon tunggu...
Sirilus Byron
Sirilus Byron Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kehidupan Sederhana Seorang Jasa Pengupas Bawang

14 April 2024   15:29 Diperbarui: 14 April 2024   21:53 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Keluarga Rumah Ibu Bastia/Dok Pribadi

Ibu Bastia adalah Seorang wanita paruh baya berusia 60 tahun, menjadi salah satu cerminan ketabahan dan keikhlasan dalam menghadapi keterbatasan hidup. Beliau dan keluarga Tinggal di desa Parit Mayor, Tanjung Raya 2,Kota Pontianak . Bersama suaminya, mereka mengandalkan pekerjaan sebagai jasa kupas bawang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun pendapatan mereka terbatas, kebahagiaan dan kebersamaan senantiasa menyelimuti keluarga ini.

Kehidupan Sehari-hari Ibu Bastia dan suami hanya mendapatkan penghasilan harian sebesar Rp15.000 dan total pendapatan bulanan sebesar Rp450.000 dari pekerjaan mereka, keluarga Ibu Bastia mampu mengelola keuangan dengan baik. Dengan anggota keluarga sebanyak 7 orang, mereka membagi penghasilan tersebut dengan bijak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun dana yang tersedia hanya sebesar Rp30.000 per hari, mereka mampu memastikan makan 2-3 kali sehari. ini membuktikan keluarga ini tetap mampu menjalani hidup dengan kebahagiaan dan kebersamaan. Perjuangan dalam Pekerjaan tidak hanya di ukur dari berapa nominal pendapatan tetapi di ukur ketika kebahagian dan kesederhanaan dalam keterbatasan menjadi suatu kebersamaan dalam kondisi berkecukupan. Hal ini dibuktikan oleh Ibu Bastia dan suaminya yang memilih menjadi jasa kupas bawang dan menjualnya di pasar tradisional setempat. Meskipun pekerjaan itu memunculkan keriput di tangan mereka, mereka menerimanya dengan ikhlas demi kelangsungan hidup keluarga. Setiap hari, mereka bekerja keras mengupas bawang, menunjukkan ketekunan dan dedikasi yang luar biasa.

Rumah keluarga Ibu Bastia memiliki 4 ruangan dengan beralaskan semen dan beratapkan seng yang seluruhnya tembok. Mereka memiliki WC sendiri dengan septic tank dan berlantaikan semen sebagai tempat mandi, cuci, dan tempat buang air besar. Meskipun sederhana, rumah ini cukup untuk menampung kebutuhan sehari-hari keluarga. Dengan daya listrik 450 watt, keluarga Ibu Bastia menggunakan penerangan lampu listrik, dan beberapa alat elektronik seperti TV 17 inci, kulkas 1 pintu, rice cooker, kipas angin, dan dua buah handphone sebagai alat komunikasi.  Meskipun terbatas, mereka mengelola sumber daya ini dengan bijak. Hingga mereka menerima bantuan sosial dalam menghadapi keterbatasan finansial, keluarga Ibu Bastia dipilih sebagai penerima bantuan sosial jenis BNT (Bantuan Non Tunai), seperti bantuan sembako. Bantuan tersebut sangat berarti bagi mereka, membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meringankan beban hidup.

Dapur Rumah Ibu Bastia
Dapur Rumah Ibu Bastia
Kisah hidup Ibu Bastia adalah cerminan ketabahan, keikhlasan, dan kebahagiaan dalam menghadapi keterbatasan. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, mereka mampu menjalani kehidupan dengan penuh makna dan kebahagiaan. Bantuan sosial menjadi penopang bagi keluarga ini, sementara kerja keras dan dedikasi menjadi kunci kesuksesan mereka dalam mengatasi tantangan hidup. Namun mereka adalah contoh nyata bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu bergantung pada kemewahan materi. Melalui perjuangan dan kerja kerasnya, Ibu Bastia menunjukkan bahwa kebahagiaan dan makna hidup bisa diraih dalam kehidupan sederhana.

(Wawancara mendalam dan observasi dilakukan pada 25 Februari 2024)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun