Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Memelihara Naga

4 September 2022   14:14 Diperbarui: 4 September 2022   14:18 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa dari kami pergi untuk minum-minum setelahnya. Kami tertawa sampai tengah malam dan kemudian saling main mata, mengoceh dan menggoda, setidaknya selama satu jam lagi.

Aku sempoyongan pulang sekitar jam dua pagi dan menemukan seekor sapi mati di halaman rumahku.

Seorang tetangga menelepon polisi, dan malam berikutnya aku meninggalkan tiga ransel di luar sarang naga. Aku mengemas barang-barang yang lebih baik: piala yang kumenangkan di SMA, jam tangan milik kakek. Lebih banyak perhiasan yang bukan plastik.

Naga itu mengikutiku pulang. Aku menangkapnya mengintip dari jendela, dan ketika aku menarik tirai, naga itu melihat lurus melalui jendela.

Sebelum aku menutup pintu, dia melihat apa yang ada dibaliknya. Dia melihat kristal yang bagus. Dia melihat hal-hal yang kusimpan untuk diriku sendiri.

***

Di malam hari sebelum tidur aku bertanya-tanya. Apakah tetangga memiliki naga sendiri? Apakah mereka juga serakah? Apakah mereka mementingkan materi dunaiwi di atas keluarga? Apakah mereka pergi terlalu lama dan pulang telat?

Aku kini tidur dengan lampu menyala dan bisa mendengarnya menggerogoti liontin ayahku. Aku bisa melihat senyumnya meski tiraiku tertutup. Pernak-pernik rasa bersalah tidak mungkin bisa memuaskannya selamanya.

Aku tak punya emas lagi. Bangkrut.

Aku menumpuk semua milikku di tengah ruang tamu. Furnitur ditumpuk rapi, tapi sisanya kulempar begitu saja. Perhiasan, pakaian, pernak-pernik—semuanya sekarang sampah. Makanan naga.

Aku melepaskan semuanya dan membiarkan gas menyala. Yang dibutuhkan hanyalah percikan api, dan nagaku terbuat dari api dan keserakahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun