Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Yang Dapat Kami Lakukan

24 Juni 2021   19:01 Diperbarui: 24 Juni 2021   19:09 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memikirkan mereka bereksperimen pada Valika membuatku ingin mati saja. Apa yang dibutuhkan para kepala botak jenius dengan begitu banyak kelinci percobaan, aku tidak tahu. Tetapi perintahnya adalah untuk menangkap dan mengirimkan subjek yang utuh.

Aku akan mencoba meminta pengecualian untuk Valika, tetapi aku tahu, simpati kapten tak mungkin lebih jauh lagi. Dia punya tugas. Kita semua memiliki tugas terkutuk yang harus kita laksanakan.

Perang di mana para mitramu tewas hanya untuk kemudian bergabung dengan pihak musuh adalah perang yang tidak mungkin dimenangkan, dan terlepas dari semua propaganda yang dilakukan departemen pertahanan, aku rasa kita tidak akan pernah menang.

Aku menempelkan kepalaku ke logam dingin rak pengiriman. Aku akan senang jika bisa berbaring di ranjangku. Kejadian hari itu membuatku sakit kepala hebat.

"Semua sudah selesai, prajurit?" terdengar suara di belakangku.

Aku memberi hormat, atau tepatnya aku mencoba memberi hormat. Rasanya aku terlalu lelah sehingga tak mampu mengangkat tanganku, tetapi kapten pura-pura tidak mengetahuinya.

"Ya, Kapten! Semua paket aman dan siap dikirim."

Sepercik noda darah di tempat kepalaku berbaring. Saat kamu terlalu lama bekerja, maka kamu jadi tak fokus lagi. Segalanya menjadi kacau. Setelah beberapa saat kamu bahkan tidak menyadarinya.

"Bagus, bagus. Tapi kita masih punya satu lagi untuk dikirim," katanya dengan muram.

Aku menahan erangan kekecewaan. Kelelahan yang sangat dan kosong di dalam. Yang ingin kulakukan hanyalah menyingkirkan sakit kepala ini, tetapi tugas harus didahulukan.

Kapten membawaku ke rak pengiriman terakhir. Dua rekan sari unitku berdiri di sana dan aku mencari-cari paket itu, tetapi tidak melihatnya. Mendadak mereka menarik lenganku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun