Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Legenda Sirastanenia (Petrarchan Redouble Sonnet)

11 Juni 2021   08:01 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:06 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(11)

sang ratu memberi doa restu
pasukan memburu arah timur
tujuan pemberontak yang kabur
di mana wabah  masih menunggu

   langit berkabut asap kelabu
   mayat berserak melintang bujur
   korban wabah hitam tak terkubur
   menguar busuk merusak nafsu

pinggir danau, pendeta terdesak
berlindung pada tubuh pengikut
pedang berlumur darah sang raja-

   pria terakhir garis chaka rag
   punah sudah; dinasti tersurut
   tanpa raja, sirastanenia

(12)

langkah satria tak jua henti
mengejar sampai ke bibir jurang
pendeta laknat teriak lantang
tentang si sulung lama dicari

   kelana sakti kekasih putri
   menghilang saat wabah menjelang
   pendeta perintahkan dibuang
   ke ujung timur menjemput mati

muncul dari balik kabut asap
bayang kelana sakti afiat
putri terpana mengenang jumpa

   panah satria meluncur sigap
   menembus dada pendeta laknat
   nyawa melayang, wabahpun sirna

(13)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun