Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Saatnya untuk Beranjak Pergi

17 Mei 2021   20:01 Diperbarui: 17 Mei 2021   20:13 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Bertahun-tahun kemudian, Lala akan menceritakan kisah ini saat wawancara kerja untuk menggambarkan mengapa dia tidak suka mempraktikkan bentuk promosi dibalut jurnalisme, memublikasikan film dan album serta tur dan festival musik-dan mengapa dia sekarang ingin bekerja di bidang hubungan masyarakat yang sebenarnya. Mungkin akan terasa lebih jujur menjadi humas, katanya. 

Lala tidak menyebutkan bahwa gajinya tidak berubah dalam lima tahun-dia malu dengan fakta ini-dan dia tidak pernah memberikan nama musisi, karena tidak terlalu penting dalam ceritanya karena musisi itu tidak terkenal. Akhirnya dia mendapatkan pekerjaan sebagai public relation seperti keinginannya. Ada konsekuensi lain dari perampokan itu. 

Setelah kejadian, dia dan kekasihnya pindah ke gedung yang lebih aman di bagian kota yang lebih tenang, di mana mereka berteman dengan tetangga di lantai atas, seorang pria dengan nama yang dia anggap kuno: Dodo. Pria itu menebak dengan benar, bahwa nama panjangnya Lalamentik. Semut api. Dia jatuh cinta dengan Dodo dan mereka menikah, dan memiliki satu anak gadis. Perampokan itu, menurut Lala, adalah malam yang menentukan takdir pertemuannya dengan Dodo. Ketika putrinya berusia 15 tahun pulang dari sekolah dan bertanya tentang cinta, meminta Lala untuk memberi contoh bagaimana dua orang dapat bertemu dan menikah, kisahnya dimulai dengan malam dia dirampok.

***

Di kota lain, di tempat yang lebih dingin, sang musisi juga teringat pada malam saat Lala meninggalkan wawancara mereka. Tidak seharusnya hidup menjadi pelik. Selama beberapa tahun dia bermusik, dia juga mengerjakan hal lain. Namun untuk alasan yang bagus, tidak mungkin untuk berlanjut jika hatinya sudah tidak lagi di situ. Kemudian dia melakukan hal lain selama sisa hidupnya. Lala adalah orang terakhir yang menanyakan pertanyaan-pertanyaan tentang musik, dan itu membuatnya ngeri memikirkan bagaimana dia akan menjawab. 

Sejauh yang dia tahu, anak-anaknya tidak pernah mendengarkan CD lamanya. Dia tidak bermain musik lagi, tidak sama sekali. Mengatakan pada dirinya sendiri bahwa rumahnya terlalu kecil untuk anak-anak serta alat musik lamanya, terlalu kecil untuk dirinya yang dulu. Dia meninggalkan musik tanpa rasa sakit sama sekali. Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai paramedis, putri bungsunya menyebutnya sebagai Papa Ambulan, seolah-olah dia adalah pahlawan super yang mengatasi semua masalah. 

Pada malam hari sepanjang perjalanan pulang ke rumah, mantan musisi itu membayangkan flat tua Lala: speaker surround yang salah letak, novel terbuka di lantai, suara berisik lemari digeledah, lalu dia diam-diam beranjak pergi.

Bandung, 17 Mei 2021

Sumber ilustrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun